JAKARTA-Baru-baru ini beredar laporan yang menyebut bahwa militer AS diduga telah membeli data lokasi yang dikumpulkan dari aplikasi panduan ibadah, Muslim Pro dan aplikasi lain yang sejenis.Â
Muslim Pro merupakan aplikasi yang menyediakan fitur seperti pengatur waktu salat, pengingat adzan, dan Al-Qur’an dengan terjemahan.Â
Menanggapi laporan tersebut, pihak pengembang aplikasi Muslim Pro akhirnya angkat bicara terkait tudingan yang disebutkan.
Baca Juga:Anggota Polri Ini Mengaku Diperintah Suami Pinangki Buang Bukti TransferDekat Pesisir Selatan, Gempa Magnitudo 5,3 Guncang Sumbar
Pengembang Muslim Pro mengatakan bahwa pihaknya tidak pernah sekalipun menjual atau membagikan data lokasi penggunanya untuk kepentingan operasi khusus di AS.Â
“Privasi pengguna adalah prioritas utama Muslim Pro. Sebagai salah satu aplikasi Muslim paling tepercaya selama 10 tahun terakhir, kami mematuhi standar privasi dan peraturan perlindungan data yang paling ketat, dan tidak pernah membagikan identitas pribadi apa pun,” kata pihak Muslim Pro, seperti dikutip dari CNN, Rabu (18/11/2020).
Pengembang aplikasi tersebut juga mengatakan tengah melakukan penyelidikan internal dan meninjau kebijakan tata kelola data untuk memastikan bahwa semua data pengguna ditangani sesuai dengan persyaratan yang ada.
Selain itu, pihak Muslim Pro juga menegaskan akan mengakhiri kerja sama dengan pihak ketiga. Termasuk perusahaan bernama X-Mode yang disebut mengalirkan data pengguna Muslim Pro ke militer AS.
“Kami akan terus mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk memastikan bahwa pengguna kami dapat menjalankan ibadah mereka dengan ketenangan pikiran, yang tetap menjadi satu-satunya misi sejak Muslim Pro dibuat,” lanjut pihak Muslim Pro.
Berdasarkan laporan dari Motherboard, pihak militer AS tidak hanya mendapatkan data lokasi pengguna lewat Muslim Pro, tapi juga nama jaringan Wi Fi yang digunakan pengguna, log waktu, dan jenis ponsel yang digunakan oleh para pengguna. (*)