JAKARTA-Institute for Development of Economics and Finance (Indef) melalui Indef Datalyst Center merilis hasil kajian mereka yang bertajuk Analisis Sentimen tentang Institusi, Perilaku, dan Kinerja Pemerintah. Melalui kajian yang pengumpulan datanya dilakukan sejak Juli hingga 13 November ini, tercatat ada 7 menteri di dalam Kabinet Indonesia Maju yang mendapatkan sentimen negatif dari masyarakat.
“Ada 7 menteri mempunyai sentimen paling negatif di publik karena kebijakan, kiprah, perilaku dan pernyataannya,” kata peneliti senior Indef Didik J Rachbini dalam keterangan tertulisnya yang dikutip VOI, Senin, 16 November.
Dia memaparkan, dari ketujuh menteri itu, angka sentimen negatif tertinggi diperoleh oleh Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto sebesar 74 persen. Selanjutnya adalah Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo sebesar 57 persen, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G Plate sebesar 55 persen, dan Menteri Agama (Menag) Fachrul Razi sebesar 53 persen.
Baca Juga:Israel MoU dengan Raksasa Farmasi Pfizer Rp3,35 triliunKPK Tindaklanjuti Laporan Dugaan Gratifikasi Kepala Bappenas
Berikutnya, ada juga Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo dengan sentimen negatif sebesar 47 persen, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim sebesar 44 persen, dan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani sebesar juga mendapatkan sentimen negatif sebesar 44 persen dari publik.
Didik menjelaskan, sentimen negatif ini bisa terjadi setelah mengumpulkan data sebesar 2,18 juta informasi berupa percakapan tentang presiden, wakil presiden, hingga menterinya. Metode sistem big data ini menjadi salah satu yang dihunakan Indef selain survei, analisis data sekunder hingga forum group discussion.
Terkait munculnya nama Terawan di posisi tertinggi, kata dia, sentimen negatif ini terjadi saat Terawan diundang oleh World Health Organization (WHO) beberapa waktu lalu karena dianggap mampu menangani pandemi COVID-19 di Indonesia. Selain itu, kursi kosong Mata Najwa yang beberapa waktu lalu untuk menyindir mantan Kepala RSPAD Gatot Subroto, Jakarta ini juga menjadi salah satu penyebabnya.
Sedangkan sentimen terhadap Mentan Syahrul terjadi karena kalung penangkal COVID-19 dan dianggap absen serta tak berperan dalam kebijakan lumbung pangan nasional.
“Sementara Menteri Kominfo mendapat sentimen negatif karena isu dan klaim naif bahwa kebenaran hanya milik pemerintah. Hal lainnya adalah karena isu blokir medsos karena UU Cipta Kerja,” ungkapnya.