JAKARTA-Perusahaan teknologi raksasa AS Microsoft mengatakan bahwa mereka telah mendeteksi upaya kelompok peretas asal Rusia dan Korea Utara yang didukung oleh negara untuk menargetkan dan mencuri data berharga dari perusahaan farmasi dan peneliti vaksin virus corona.
Hal itu diungkapkan oleh Tom Burt, wakil presiden perusahaan Keamanan dan Kepercayaan Pelanggan di Microsoft, dalam sebuah postingan di blog.
“Dalam beberapa bulan terakhir, kami telah mendeteksi serangan siber dari tiga aktor negara-bangsa yang menargetkan tujuh perusahaan terkemuka yang terlibat langsung dalam penelitian vaksin dan perawatan untuk Covid-19,” tulis Burt, seperti dikutip dari AP, Sabtu (14/11).
Baca Juga:Gelombang Panas Landa Indonesia, Ini Bantahan BMKGAda Upaya Gagalkan Kepulangan Rizieq Shihab, Fadli Zon: Kelihatannya Operasi Intelijen
“Serangan tersebut berasal dari Strontium, seorang aktor yang berasal dari Rusia, dan dua aktor yang berasal dari Korea Utara yang kami sebut Zinc dan Cerium,” lanjutnya.
Burt mengatakan, target tersebut meliputi perusahaan farmasi dan peneliti vaksin terkemuka di Kanada, Prancis, India, Korea Selatan, dan Amerika Serikat.
Dia mengumumkan bahwa sebagian besar serangan tidak berhasil dan jika serangan berhasil, mereka siap untuk membantu mengatasinya. Namun, dia tidak menyebutkan seberapa serius pelanggaran tersebut.
Perusahaan tersebut mengatakan bahwa grup peretasan Strontium menggunakan upaya login paksa untuk mengakses kredensial akun perusahaan yang ditargetkan, sementara dua grup peretasan Korea Utara terutama mengandalkan email phishing jahat untuk menargetkan perusahaan.
Posting blog tersebut bertepatan dengan kemunculan presiden Microsoft Brad Smith di forum internasional yang meminta negara-negara untuk melindungi fasilitas perawatan kesehatan dari serangan cyber. Tahun ini, Forum Perdamaian Paris berlangsung secara online.
Berita tentang percobaan peretasan datang ketika AS bersiap untuk mendistribusikan vaksin untuk melawan virus corona. Perusahaan farmasi Pfizer mengumumkan minggu ini bahwa mereka menghasilkan vaksin yang ditemukan lebih dari 90 persen efektif dalam mencegah Covid-19, menurut analisis awal yang mencakup 94 kasus terkonfirmasi virus corona pada peserta uji coba. (*)