Kendati belum sepenuhnya terbukti, tapi ditengarai dari situlah asal-muasal maut yang menjemput Otto. Beberapa kepingan referensi menyebut bahwa Otto diculik oleh salah satu laskar yang bermarkas di Tangerang, pada 19 Desember 1945, dan dibawa ke suatu tempat di pesisir Pantai Mauk.
Versi lain soal sebab pembunuhan Otto diungkap Iip D. Yahya dalam Oto Iskandar di Nata: The Untold Stories (2017). Iip menelusuri catatan sidang pengadilan Mujitaba dkk, tersangka pembunuhan Otto, pada 1957. Anggota Laskar Hitam yang menculik Otto, menurut Iip, termakan desas-desus yang disebarkan agen-agen NICA bahwa Otto adalah mata-mata Belanda. Tujuan NICA menyebarkan isu ini tentu saja untuk menyingkirkan orang-orang yang dianggap menghalangi upaya rekolonisasi Belanda.
Kemungkinan lain adalah Otto dituduh menguasai uang senilai satu juta gulden yang didapat dari seorang perwira Jepang bernama Ichiki Tatsuo. Uang tersebut berasal dari dana rampasan perang ketika Jepang berhasil mengusir Belanda dari Indonesia.
Baca Juga:Polisi Ungkap Modus Kepala Cabang Maybank CipulirDiduga Kuras Duit Atlet e-Sport Winda Earl, Kepala Cabang Maybank Cipulir Terancam 20 Tahun Penjara
Ketika para eksekutor hendak menghabisi Otto, mereka berteriak, “Mata-mata musuh yang menjual kota Bandung satu miliun! Agen NICA!”
“Setelah Jepang menyerah kepada Sekutu, di antara para perwira Jepang yang memiliki akses pada uang rampasan, ada yang memilih untuk memberikannya kepada tokoh-tokoh Indonesia yang mereka percayai, untuk digunakan sebagai bekal perjuangan. Uang itu berasal dari rampasan perang ketika Jepang mengalahkan Belanda sejak 8 Maret 1942, maka uangnya berupa gulden Belanda,” ujar Iip.
Satu hal yang paling menarik dari kemungkinan tersebut adalah informasi Otto menguasai duit satu juta gulden pasti sangat terbatas pada kalangan elit semata. Hampir tidak mungkin anggota-anggota laskar dari pinggiran Tangerang mengetahui informasi macam ini. Menurut Iip, boleh jadi ada tokoh lain yang memerintahkan Laskar Hitam menghabisi Otto.
“Siapa yang membagi informasi kepada mereka di tengah kecamuk revolusi saat itu? Siapakah di antara tokoh nasional yang kemungkinan mengorder Laskar Hitam untuk menculik Oto?”
Pertanyaan tersebut memang tak pernah terjawab. Tapi yang jelas, jenazah Otto belum ditemukan hingga detik ini. Pemerintah pun “terpaksa” menetapkan 20 Desember 1945 sebagai tanggal kematian Otto Iskandardinata dan memberinya gelar Pahlawan Nasional pada 6 November 1973. (*)