Mungkin dalam kondisi normal, ketika warga Amerika tidak terlalu khawatir tertular virus, strategi ini bisa menjadi bumerang. Dan mungkin ledekan Trump tentang “menyembunyikan Biden” akan berhasil.
Tim Biden tetap membatasi geraknya dan membiarkan Trump menjadi pihak yang termakan omongannya sendiri. Pada akhirnya, strategi ini membawa hasil.
3. Asal Jangan Trump
Sepekan sebelum hari pemungutan suara, tim Biden meluncurkan iklan televisi dengan pesan bahwa pemilihan kali ini adalah “pertempuran membela jiwa Amerika” dan kesempatan untuk mengakhiri pertikaian saudara dan kekacauan dalam empat tahun terakhir.
Baca Juga:Sevilla Tersungkur di Markas GranadaRevolusi Zionis di Dunia Arab
Di balik slogan itu ada kalkulasi simpel. Biden mengandalkan peruntungannya pada anggapan bahwa Trump terlalu sering memecah belah dan terlalu nyinyir, sementara apa yang diinginkan rakyat Amerika adalah pemimpin yang lebih tenang dan stabil.
“Saya sudah sangat jenuh dengan sikap Trump sebagai pribadi,” kata Thierry Adams, warga keturunan Prancis yang telah tinggal di Florida selama 18 tahun dan untuk pertama kali memberikan suara di pemilihan presiden.
Partai Demokrat berhasil menjadikan pemilihan ini sebagai hari penghakiman untuk Trump, bukan pilihan antara dua kandidat yang ada.
Pesan yang disampaikan Biden sederhana saja, bahwa “dia bukan Trump”. Yang sering diulang-ulang oleh Demokrat adalah frasa bahwa kalau Biden menang, warga Amerika bisa melewatkan waktu berpekan-pekan tanpa sekali pun memikirkan politik. Ini memang dimaksudkan sebagai candaan, tetapi di dalamnya tersimpan kebenaran yang dicari masyarakat awam.
4. Tetap di Tengah
Dalam perjuangan memenangkan pencalonan di Partai Demokrat, lawan Biden berasal dari kelompok kiri liberal, seperti Bernie Sanders dan Elizabeth Warren yang punya modal kuat untuk menggelar kampanye dengan massa sebanyak penonton konser musik rock.
Biden tetap memilih jalan tengah, menolak ajakan kelompok kiri untuk mendukung jaminan kesehatan universal yang dijalankan pemerintah, menggratiskan uang kuliah, dan pajak kekayaan. Ini membuat dia bisa menarik kelompok moderat dan sebagian kalangan Partai Republik.
Strategi ini tercermin dari keputusan Biden untuk memilih Kamala Harris sebagai cawapres ketika sebetulnya dia punya opsi lain untuk orang yang lebih didukung kelompok kiri.