JAKARTA-Warga Amerika Serikat (AS) mengalami banyak ketakutan tahun ini yang justru dikenali lewat pidato dan iklan kampanye. Virus merebak, rumah sakit terisi lagi, anak-anak tidak bisa masuk sekolah, sedangkan dari sisi ekonomi, para penyewa berisiko diusir dan bisnis terhambat.
Namun, saat ditanyakan hal paling mengkhawatirkan pada malam pemilu 3 November, sebagian besar pemilih tidak menyebutkan masalah pribadi seperti keuangan, peluang kerja, atau keamanan. Survei dari The Upshot dan Siena College, dilansir oleh The New York Times, Senin (2/11), menyatakan warga AS tidak terlalu mengkhawatirkan diri mereka sendiri, sebaliknya lebih mencemaskan tentang kondisi negara.
Presiden Donald Trump telah memperingatkan kejahatan kekerasan telah meningkat dan bisa mencapai lingkungan terdekat. Dalam masa meresahkan saat ini, orang Amerika bisa kehilangan perawatan kesehatan, pekerjaan, dan nilai properti, bahkan departemen kepolisian setempat.
Baca Juga:Intelijen Korsel: Kim Jong-un Perintahkan Pemeriksaan Insiden Tembak Mati ASN KorselBegini Reaksi Bill Gates Soal Teori Konspirasi Vaksin Covid-19
Alih-alih, warga Amerika justru mencemaskan generasi mendatang mereka akan lebih buruk. Beberapa pemilih, yang mengaku dirinya lebih baik dibandingkan empat tahun lalu, juga menyebut negara secara keseluruhan lebih buruk. Dengan selisih luas, para pemilih kiri dan kanan semuanya merasa khawatir dengan stabilitas demokrasi Amerika.
Temuan ini mencerminkan penelitian lama tentang politik ketakutan, yaitu kecemasan luas tentang masyarakat cenderung mempengaruhi pemilih dan bagaimana mereka memandang pemerintah, lebih dari sekadar kekhawatiran pribadi. Lewat wawancara lanjutan, peserta survei menyampaikan tingkat kekhawatiran tentang negara dan demokrasi Amerika khususnya.
“Saya tidak pernah merasa seperti ini tentang negara kami,” kata pemilih Trump di Yamhill, Oregon, Jerry Thatcher (76).
Dia tidak mengenali negara yang disebutnya pecah dalam kerusuhan tahun ini atau para politisi yang diyakininya hanya bertindak sedikit. Dia juga masih dihantui oleh janji-janji kebijakan Demokrat saat pemilihan utama.
“Ini bukan lagi negara yang saya perjuangkan. Mereka berusaha mengubahnya menjadi sosialisme dan saya hanya khawatir mereka akan melakukannya,” kata Thatcher. (*)