CIREBON-Penulis buku ‘Menang Ora Opo-opo Kalah Yo Uwis’, Ahmad Bahar, melakukan pra launching buku tersebut, Selasa (20/10/2020), di salah satu kafe di Kota Cirebon. Buku tersebut berisi tentang pencalonan putera Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming, menuju kursi Wali Kota Solo.
Menurut Bahar, Cirebon merupakan salah satu daerah yang dituju dari 50 daerah lainnya untuk pra launching tersebut. Uniknya, Bahar tidak memperlihatkan buku yang ditulisnya tersebut pada pra launching ini, sebab buku ini akan mulai diedarkan pada 3 November langsung ke tangan pembeli yang sudah melakukan pre order sebelumnya secara online.
Di hadapan awak media yang menghadiri pra launching ini, ia berbekal smartphone nya untuk membahas satu-persatu bab demi bab buku tersebut. Penulisan buku ini dirangkum dalam dua bahasa yakni bahasa Jawa dan indonesia, utamanya di bagian-bagian sub judul.
Baca Juga:Israel dan Bahrain Resmikan Hubungan DiplomatikDulu Al Ma’arid Street, Kini President Joko Widodo Street
“Buku ini berisi kurang lebih 153 halaman. Cetakan pertama dibuat 15 ribu eksemplar, dan saat ini sudah dipesan secara pre order sebanyak 500 eksemplar,” tutur Bahar, yang menyertakan nama penanya, yakni Juminem, dalan buku tersebut.
Ia mengatakan, dirinya tertarik menulis buku ini, sebab Gibran dinilai sebagai milenial yang saat ini banyak dibicarakan orang karena pencalonannya menuju kursi Wali Kota Solo.
“Gibran itu simbol tentang masa depan, bibit pemimpin masa depan dan itu dimulai dari sekarang. Kalau saat ini (pencalonan Wali Kota Solo) disebut latihan, ya boleh saja,” tuturnya.
Ia juga mengatakan, isi buku tersebut memang banyak terkait dengan fenomenal Gibran.
“Isinya memang terkait fenomenal Gibran sebagai peristiwa budaya, salah satunya yaitu rekomendasi dia sebagai calon wali kota Solo,” ujar Bahar.
Bahar juga mengatakan, tujuan utama pembuatan buku ini untuk mencerdaskan masyarakat di tengah banyaknya berita-berita hoax, korban termakan hoax, termasuk berita-berita tentang Gibran banyak yang miring.
“Saya bukan pendukung dia (Gibran), tidak kenal dia sebelumnya, hanya tahu bahwa dia merupakan anak dari seorang Presiden. Oleh karena itu saya menulisnya menjadi seorang tokoh yang layak dibicarakan tapi bagian dari peristiwa budaya, bukan peristiwa politik,” ungkapnya.