Moskow dan Beijing juga telah mendekati mantan jenderal tersebut. Indonesia memiliki kesepakatan US$1,1 miliar untuk 11 jet tempur Sukhoi Su-35 dengan Rusia, dan Prabowo telah mengunjungi negara itu dua kali sejak menjadi menteri pertahanan.
Prabowo juga tidak mengatakan apa-apa tentang Beijing, setidaknya di depan umum, meskipun terjadi peningkatan jumlah pertemuan antara kapal Indonesia dan China di perairan utara Kepulauan Natuna, sebuah kepulauan kecil di tempat terpencil di Laut China Selatan. China adalah salah satu negara pertama yang dikunjungi Prabowo setelah penunjukannya sebagai menteri pertahanan.
“Kami memiliki tekad yang sama. Indonesia melihat China sebagai teman dekat, dan kami akan bekerja sama sebaik mungkin untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan,” tutur Prabowo pada Mei, dalam pernyataan publik yang jarang terjadi sejak menjabat.
Baca Juga:BEM SI Gelar Aksi Tolak Omnibus Law UU Ciptaker, Ini Rute Pengalihan Lalin Sekitar Kawasan IstanaSejak Pertengahan Periode Pertama Jadi Presiden, Gatot Nurmantyo Sebut UU Cipta Kerja Angan-angan Jokowi
Beijing telah membangun hubungan ekonomi dan diplomatik yang kuat dengan Jakarta. China adalah sumber investasi asing langsung terbesar kedua pada paruh pertama tahun ini, dan terlibat dalam pemrosesan nikel dan proyek lain yang secara strategis penting. Beijing juga berjanji untuk memasok Indonesia dengan lebih dari 30 juta vaksin COVID-19 tahun ini.
“Ini karena ulah AS sendiri Indonesia sekarang lebih dekat dengan China dalam urusan pertahanan,” terang Teuku Rezasyah, pengamat hubungan internasional dan pertahanan di Universitas Padjajaran Indonesia, disadur dari Nikkei Asia.
Rezasyah mengatakan, AS mempersulit pemerintah asing yang pergi ke tempat lain untuk membeli jet tempur. Negara-negara yang menyelesaikan kesepakatan dengan musuh seperti China dan Rusia diancam dengan sanksi, katanya.
Pada satu titik, ketika Indonesia mempertimbangkan untuk membeli senjata dari negara-negara Skandinavia, Indonesia menemui hambatan: Pesawat yang coba dibeli menggunakan teknologi AS, dan setiap transaksi memerlukan persetujuan AS.
Menurut Rezasyah, “Prabowo harus memberi tahu Washington: ‘Anda memiliki masalah dengan China, jadi kami tidak akan membeli (peralatan militer) dari China. Kami mungkin mempertimbangkan untuk membeli dari AS, tetapi itu terlalu mahal. Kami memiliki alternatif dari Rusia, dan kami telah membicarakannya di tingkat teknis.”