JAKARTA-Gencatan senjata pada Sabtu (10/10) antara Armenia dan Azerbaijan di wilayah Nagorno-Karabakh hanya berlangsung beberapa jam, setelah itu permusuhan kembali berlanjut.
Informasi terbaru menunjukkan penggunaan tentara bayaran Suriah pro-Turki yang terus dikirim ke Azerbaijan oleh Turki dan Erdogan. Menurut kantor berita Lebanon Al-Masdar News, yang menggunakan data investigasi dari Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR), hampir lebih dari 400 tentara bayaran Suriah telah direkrut dalam 48 jam terakhir dan dikirim ke front Nagorno-Karabakh.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) juga memberikan data tentang jumlah tentara bayaran Suriah yang tewas di wilayah Kaukasus, ada hampir 107 tentara bayaran, dan 26 tentara bayaran tewas dalam 24 jam terakhir.
Baca Juga:Polri Dalami Narasi FPI Soal Habib Rizieq Sihab Pimpin RevolusiIni Penyebab Habib Rizieq Belum Bisa Tinggalkan Arab Saudi
Organisasi yang bermarkas di London itu juga menyuguhkan data mengejutkan di ruang publik. Menurut informasi yang diberikan, tentara bayaran Suriah dikirim ke Azerbaijan pada awal September tahun ini. Yang menimbulkan pertanyaan adalah, jika Azerbaijan diserang oleh Armenia pada 27 September, bagaimana tentara bayaran Suriah dikirim ke Azerbaijan hampir 20 hari sebelumnya?
Klaim yang menyatakan Armenia adalah pihak pertama yang menyerang target Azerbaijan bertentangan dengan kehadiran tentara bayaran Suriah, yang tampaknya siap untuk menyerang Nagorno-Karabakh.
Intelijen Rusia dan narasumber media Rusia Novaya Gazeta telah mengungkapkan skema pengiriman tentara bayaran untuk mendukung Azerbaijan dan dibayar oleh Turki. Menurut narasumber, Sayf Abu Bakr, yang ternyata merupakan warga Suriah dari Turkmenistan, mendaftarkan para pejuang yang akan berangkat ke Nagorno-Karabakh.
Pria ini dikenal tidak disengaja dalam organisasi brigade militer Hamzah dan berperan sebagai perekrut kelompok tersebut. Hamzah adalah organisasi militer yang saat ini menjadi anggota dan berjuang untuk Tentara Pembebasan Suriah.
Kelompok ini dikenal karena dukungannya untuk Turki dan Azerbaijan, dan secara resmi menyatakan bahwa lawannya termasuk Armenia dan Nagorno-Karabakh. Pada Mei tahun ini, intelijen militer asing mengkonfirmasi keterlibatan anggota Hamzah di Libia setelah menemukan kematian beberapa anggotanya di sana.
Situasi di Nagorno-Karabakh memanas pada 27 September, bentrokan aktif sedang berlangsung di wilayah sengketa. Darurat militer diberlakukan di Azerbaijan dan Armenia, dan mobilisasi diumumkan.