Warganet pun menduga ini adalah mantra kutukan, atau bahkan, santet! “Jangan-jangan santet online,” duga @runnychan. Akun @raisabino menduga hal yang sama. “NI SANTET CERITANYA? Ya Allah rang orang Twitter ner bener,” komentarnya.
Tapi @Aisu_Aislinn mencoba meluruskan. “Mau bilang aja, ini bahasa dan tulisan beneran dipake dan ada di dunia, bukan mantra atau apapun… Ini tulisan Amharik, dipake orang-orang di Ethiopia. Bilang ini tulisan kutukan atau serem rasanya agak menyinggung ga sih,” tulisnya.
Akun @jisungkecil, memperkuat, bahasa ini bukan mantra atau santet. “Permisi kak, maaf cuma mau ngingetin,” tulis dia sambil menautkan cuitan @tsukkiskys, yang menggunakan bahasa Amharik sehari-hari. Dia meminta warganet menghentikan penggunaan bahasa itu karena merasa budayanya tak dihargai. “My language ain’t some demonic copypasta. It’s not funny. It never was:/,” protesnya.
Baca Juga:Diduga Kelompok Anarko Sindikalis, Polda Metro Jaya Amankan Puluhan RemajaJokowi Tinjau Lumbung Pangan di Kalimantan Tengah, Istana Bantah Hindari Aksi BEM SI
Rupanya, sebelum Presiden Jokowi, Presiden AS Donald Trump juga pernah kebanjiran “spam” semacam ini. “Ini tuh kayak di-reply twittan pakde Trump, pas dia ngumumin kalau kena Corona. Nah yang ngereply pada pakek bahasa Amharik ini terus pakek foto-foto seremmmm,” terang @Chiiamoon. Meski kolom komentarnya dibanjiri 6.800 komentar. Tak satu pun yang dibalas Presiden Jokowi. Presiden cuek saja. (*)