Sumantara, ayah dua anak berusia 45 tahun, baru mengerjakan konstruksi selama empat bulan terakhir. Sebelumnya, ia adalah seorang supir lepas yang berpenghasilan Rp5 juta hingga 7 juta sebulan. Uang itu cukup untuk menyekolahkan kedua anak remajanya.
“Saya merasakan dampak (COVID-19) di Maret. Tidak ada pelanggan. Turis mulai meninggalkan (Bali),” katanya kepada CNA.
“Tidak ada pekerjaan. Saya putus asa. Bagaimana saya seharusnya menafkahi keluarga saya? Bagaimana saya seharusnya membayar uang sekolah anak-anak saya?”
Baca Juga:Target Migas Timor Leste LumpuhVeronica Koman dan TAPOL Inggris Terbitkan Laporan Pemberontakan Papua Barat 2019
Dia bahkan harus meminjam uang hanya agar dia bisa meletakkan makanan di atas meja.
Kakak ipar Sumantara datang dengan tawaran pada Mei. Dia berencana membangun properti berpenghasilan hanya beberapa meter dari tempat tinggal Sumantara dan keluarga besarnya.
Kakak iparnya bertanya apakah Sumantara akan tertarik melakukan pekerjaan konstruksi. Gajinya payah, hanya Rp100.000 rupiah untuk satu hari, sebagian kecil dari apa yang dia hasilkan untuk mengantar turis keliling Bali dengan mobil ber-AC.
Putus asa akan uang tunai, Sumantara setuju. Namun, dia segera menyadari betapa sulitnya menjadi pekerja konstruksi.
“Saya tidak terbiasa dengan panas. Saya tidak terbiasa dengan kerja keras. Setiap hari, saya harus mengangkut semen dan mengangkat batu-batu berat,” ujarnya.
Tubuhnya sangat terkejut dengan perubahan gaya hidup yang tiba-tiba, sehingga dia jatuh sakit.
“Saya memikirkan anak-anak saya dan segera saya bangkit kembali,” katanya.
Dia sekarang bekerja enam hari seminggu, berpenghasilan lebih dari Rp2 juta sebulan, tapi dia tidak bisa menikmati semua uang itu.
Baca Juga:DPR Sepakat RUU Cipta Kerja Dibawa ke Paripurna, Begini 16 Poin Pernyataan Menko AirlanggaKabar Baik, Tarif Listrik Turun Bagi 7 Golongan ini
Beberapa tahun yang lalu, dia memutuskan untuk mendapatkan pinjaman untuk sebuah minivan agar dia bisa mendapatkan lebih banyak uang dengan menyewa dan mengendarai kendaraannya sendiri.
Dia tinggal beberapa bulan lagi untuk melunasi semua pinjamannya, tetapi kemudian COVID-19 mulai menyebar ke seluruh Indonesia.
Sumantara mengatakan dia mencoba melobi perusahaan leasing mobilnya untuk merestrukturisasi pinjamannya. Dia mencoba untuk menyatakan tidak menghasilkan sebanyak yang dia dulu, sementara beberapa bulan lagi ia bisa melunasi pinjamannya dan dia tidak pernah melewatkan pembayaran sebelumnya.