JAKARTA-Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Agustus 2020, kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia hanya mencapai 164.970 kunjungan, turun drastis sebesar 89,22% jika dibandingkan dengan jumlah kunjungan wisman pada Agustus 2019 yang berjumlah 1,53 juta kunjungan. Sementara itu, jika dibandingkan dengan Juli 2020 yang sebanyak 159.763 kunjungan, jumlah kunjungan wisman Agustus 2020 hanya naik tipis sebesar 4,45%.
Ekonom yang juga Direktur Program Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti menyampaikan, anjloknya kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia hingga Agustus 2020 berkaitan erat dengan pandemi Covid-19. Bila kasus Covid-19 di Indonesia masih tinggi, para wisman tentunya akan takut datang ke Indonesia. Kondisi yang sama juga terjadi di negara lain.
“Covid-19 telah membatasi mobilitas masyarakat. Tidak hanya untuk berwisata, juga tetapi juga untuk aktivitas lainnya seperti belanja dan bepergian ke tempat lainnya. Tidak heran bila sektor pariwisata akan lebih lama pulih karena Covid-19,” kata Esther, Kamis (1/10/2020).
Baca Juga:Google Siapkan Rp14,8 triliun, Bayar Penerbit Konten BeritaPLN Turunkan Tarif Listrik Mulai Oktober hingga Desember 2020
Karenanya, menurut Esther Pemerintah tetap harus fokus pada upaya penanganan Covid-19. Selama kasus harian Covid-19 di Indonesia masih tinggi atau terus naik, sektor pariwisata juga tidak akan pulih. Bahkan beberapa negara juga masih menerbitkan travel warning untuk Indonesia.
“Karena ketidakmampuan pemerintah untuk mengendalikan Covid-19, ini akan menambah travel ban dari berbagai negara ke Indonesia. Wisatawan domestik pun akan takut,” kata Esther.
Namun Esther masih yakin ke depannya di saat pandemi Covid-19 sudah berakhir, sektor pariwisata Indonesia akan memberi kontribusi yang besar. Namun tentunya harus ada beberapa pembenahan.
“Saat Covid-19 sudah berlalu, ada dua hal yang harus diperbaiki untuk pengembangan pariwisata di Indonesia, yaitu dari sisi infrastruktur khususnya tourist service infrastructure, ground & port infrastructure, serta T&T policy terutama terkait environmental sustainability yang harus diperbaiki,” kata Esther.
Hal ini juga terkonfirmasi dari data indeks daya saing pariwisata yang dipublikasi oleh World Economic Forum (2019). Tahun 2019, Indonesia berada pada posisi 40 dengan skor sebesar 4,3. Sementara pada tahun yang sama, negara Asia lain berada pada posisi yang lebih baik, misalnya Singapura (17), Malaysia (29), Thailand (31), India (34) dan Taiwan (37).