Di pusat ibu kota Indonesia, ada bangunan yang disebut Monumen Pancasila Sakti. Baru-baru ini, militer Indonesia telah melarang orang asing memasuki kompleks peringatan dan museum ini, tampaknya pihak berwenang tidak ingin para peneliti internasional memeriksa situs tersebut. Setelah berkunjung, Vincent Bevins mengerti alasannya.
Monumen Pancasila Sakti adalah dinding marmer putih besar dengan sosok-sosok sebesar badan yang mewakili para korban Gerakan 30 September yang berdiri di depannya. Hanya beberapa langkah dari Lubang Buaya, sumur tempat ditemukannya enam jenderal yang terbunuh.
Tetapi untuk semua orang yang terbunuh, tidak ada peringatan. Ada seluruh museum (Museum Pengkhianatan PKI) yang ada untuk memperkuat narasi komunis adalah pihak yang berbahaya yang pantas untuk dihilangkan.
Baca Juga:Fadli Zon Ungkap Kesalahan Pemahaman Sukmawati Sebut PKI Berideologi PancasilaSukmawati: PKI Tidak Menolak Ideologi Pancasila
Ketika Anda berjalan melalui serangkaian ruang gelap yang aneh, serangkaian instalasi diorama membawa Anda melalui sejarah pesta, menunjukkan setiap kali mereka mengkhianati bangsa, atau menyerang militer, atau merencanakan untuk menghancurkan Indonesia, hingga mereproduksi narasi propaganda Suharto tentang peristiwa Oktober 1965. Tidak ada referensi satu juta warga sipil yang terbunuh sebagai akibatnya.
Di pintu keluar, ada papan besar bertuliskan, “Terima Kasih kepada anda yang telah menyaksikan sebagian dari diorama peristiwa biadab yang dilakukan oleh PKI. Jangan biarkan peristiwa semacam itu terulang kembali. Cukup sudah tetes darah dan air mata membasahi bumi pertiwi.” (*)