Bagi orang Kristen, lebih baik mati melayani tetangga daripada dikelilingi oleh tumpukan masker yang tidak pernah digunakan. Jika peduli dengan satu sama lain, jika kita berbagi masker dan sabun serta makanan kaleng, jika kita menjadi “penjaga saudara kita”, kita sebenarnya dapat mengurangi jumlah kematian juga.
Bagi orang-orang modern yang mengenal teori penyakit akibat kuman, ini semua bisa terdengar agak bodoh. Merawat orang sakit kedengarannya menyenangkan, tetapi kemungkinan besar menginfeksi orang lain demi menyelamatkan nyawa. Dalam lingkungan medis yang sangat profesional, haruskah orang awam benar-benar menanggung beban perawatan?
Di sini, elemen kedua dari pendekatan Kristen muncul: aturan ketat terhadap bunuh diri dan melukai diri sendiri. Tubuh adalah anugerah dari Tuhan dan harus dilindungi. Atau, seperti yang dikatakan Martin Luther dalam esainya tentang topik tersebut, manusia tidak boleh “mencobai Tuhan.”
Baca Juga:Inilah Sumber Senjata OPM?Koordinator Komite Pemilih Indonesia: Lamanya Proses Penetapan Diduga Ada Tarik Ulur Kepentingan Antara KPU dengan Presiden
Katekismus yang ditulis Luther untuk pengajaran Kristen menguraikan Perintah Kelima “Jangan Membunuh” dengan mengatakan hal ini sebenarnya berarti kita tidak boleh membahayakan orang lain melalui kelalaian atau kecerobohan kita.
Esai Luther mendorong orang percaya untuk mematuhi perintah karantina, mengendalikan hama di rumah mereka melalui fumigasi, dan mengambil tindakan pencegahan untuk menghindari penyebaran penyakit.
Motif Kristen untuk kebersihan dan sanitasi tidak muncul dalam pemeliharaan diri tetapi dalam etika pelayanan kepada tetangga. Kita ingin merawat orang yang menderita, yang pertama dan terpenting berarti dengan tidak menginfeksi yang sehat. Orang-orang Kristen menciptakan berbagai rumah sakit pertama di Eropa sebagai tempat yang higienis untuk menyediakan perawatan selama masa wabah, dengan memahami kelalaian dapat menyebarkan penyakit lebih lanjut, yang pada kenyataannya tergolong pembunuhan.
Perintah-perintah tersebut patut diingat ketika badan-badan keagamaan di Amerika Serikat, Korea Selatan, Singapura, Iran, Hong Kong, Malaysia, dan bahkan Indonesia telah berada di garis depan dalam penularan penyakit COVID-19 secara pesat.
Termotivasi oleh keprihatinan ini, Lyman Stone dari Foreign Policy telah menyiapkan buku pegangan yang lengkap untuk gereja-gereja tentang bagaimana mereka dapat memperkuat layanan untuk mengurangi penularan virus corona baru, yang diinformasikan oleh pedoman dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS dan pengalamannya bekerja sebagai misionaris di Hong Kong. Pengorbanan pertama yang harus dilakukan orang Kristen untuk memelihara sesama adalah kenyamanan diri sendiri, ketika kita dengan antusias berpartisipasi dalam langkah-langkah sanitasi yang agresif dan menjaga jarak (social distancing).