“Musuh kami adalah TNI Polri, jadi pasukan TPNPB yang tembak TNI, senjata sudah jadi milik kami. Senjata dan amunisi TNI Polri itu gudang senjata kami, dan senjata yang sudah rampas tidak akan kembalikan, itu sudah menjadi milik TPNPB,” kata Lekkagak.
Hal itu dibenarkan seorang komandan daerah dataran tinggi Tentara Pembebasan, Brigadir Jenderal Egianus Kogeya. Ia sendiri mengaku, kalaupun tak merampas, para pejuang OPM telah membeli senjata dan amunisi dari militer dan polisi Indonesia.
Pejuang Kogeya telah mengklaim bertanggung jawab atas banyak serangan mematikan dalam dua tahun terakhir, termasuk pembantaian setidaknya sembilan belas pekerja konstruksi jalan Indonesia di Nduga pada Desember 2018.
Baca Juga:Koordinator Komite Pemilih Indonesia: Lamanya Proses Penetapan Diduga Ada Tarik Ulur Kepentingan Antara KPU dengan PresidenInilah Besaran Gaji dan Tunjangan PPPK
Menurut Suara Papua, Kepala Polisi Papua, Paulus Waterpauw menuturkan, sirkulasi senjata api dan amunisi tetap menjadi perhatian serius bagi pasukan keamanan, terutama di Kepolisian Daerah Papua.
Militer atau TNI juga telah mengenali polanya. Pada Februari, sebuah pengadilan militer di Jayapura memenjarakan tiga anggota TNI karena telah memasok amunisi kepada kelompok-kelompok kriminal bersenjata di Papua. Salah satu terpidana dijatuhi hukuman penjara seumur hidup.
Kogeya sendiri menerangkan, dia harus membeli amunisi dan senjata dari TNI dan Polisi karena itu adalah cara mereka mengakses makanan saat ditempatkan di Papua.
Menurutnya, biasanya pasukan keamanan terhubung dengan Tentara Pembebasan untuk penjualan senjata dengan berkomunikasi melalui bawahan di lapangan.
Setelah disetujui oleh atasan mereka, transaksi dilanjutkan, kata Kogeya,
Pasukan Pembebasan Papua Barat mengaku telah membeli senjata dari militer Indonesia, lapor Radio New Zaeland.
“Kami beli karena kami butuh, dan mereka jual karena mereka mau dapat makan dari mana (kalau tidak jual amunisi dan senjata),” bebernya.
“Anggota yang di dalam itu mereka yang jual. Kalau anak buah itu mereka kirim. Kami beli karena kami butuh untuk perjuangan kami,” ungkapnya lagi, dinukil dari Suara Papua.
Baca Juga:Tim Medis Mengkhawatirkan, Pilkada Berdampak Timbulnya Kasus Baru Covid-19KPPU Temukan Dugaan Persekongkolan SPI Bawang Putih
Kalau untuk senjata, kata Egianus, sama juga dengan pola jual beli amunisi ke pihaknya.
“Yang lain kami beli, tetapi yang lain kami rampas saat baku kontak dengan TNI dan Polri,” ungkapnya lagi.