JAKARTA-Pemilihan parlemen di Montenegro telah menciptakan keseimbangan geopolitik baru di Balkan Barat.
Tiga blok oposisi memperoleh mayoritas tipis 41 dari 81 kursi dalam pemilihan 30 Agustus, sementara Partai Demokratik Sosialis (DPS) Presiden Milo Đukanović memenangkan 30 kursi. Meskipun mereka dapat mengandalkan dukungan sepuluh anggota parlemen lagi dari sekutu tradisionalnya, perolehannya masih jauh dari mayoritas.
Ini berarti, sementara Đukanović akan tetap menjadi presiden Montenegro selama tiga setengah tahun lagi, kekuasaan sejati akan berada di tangan pemerintah pro-Serbia dan pro-Rusia.
Baca Juga:Indonesia Penting Bagi AustraliaAsisten II Sekda Lampung Selatan Tersangka
Dibutuhkan kenaifan atau kemunafikan politik tertentu untuk menerima kemenangan partai-partai ini sebagai perayaan demokrasi, tulis Edina Becirevic di IWPR. Satu-satunya agenda yang dimiliki oleh mitra koalisi ini adalah mengakhiri 30 tahun kepemimpinan reformis yang berorientasi Euro-Atlantik.
Dengan hasil kemenangan mutlak bagi Moskow, dan mengingat bahwa strategi Rusia adalah berinvestasi dalam destabilisasi Balkan Barat serta memberanikan partai-partai politik sayap kanan, kemungkinan akan ada gangguan lebih lanjut yang ditujukan pada pemilihan lokal November mendatang di Bosnia dan Hercegovina (BiH), kata Becirevic.
Pemerintahan baru Montenegro dapat menjadi tanda yang mengkhawatirkan akan hal-hal yang akan datang di tempat lain di wilayah tersebut. Koalisi tiga blok politik sangat pro-Rusia.
Untuk Masa Depan Montenegro, yang memenangkan 27 suara, adalah koalisi yang didominasi oleh Front Demokratik etno-nasionalis ekstrim, yang tujuan strategisnya adalah kembali ke persatuan dengan Serbia, yang memisahkan Montenegro dari tahun 2006.
Ini didukung oleh Gereja Ortodoks Serbia, yang memainkan peran sentral Moskow dalam Perang Dingin baru ini.
Pemerintah Đukanović memperkenalkan undang-undang kontroversial pada 2019 yang berusaha mengekang pengaruh gereja dan mengatur status hukumnya, serta memastikannya membayar pajak atas properti dan perusahaan komersialnya.
Didukung oleh Rusia, Gereja Ortodoks Serbia menampilkan ini sebagai serangan terhadap kebebasan beragama dan melancarkan protes selama delapan bulan yang pada dasarnya berfungsi sebagai kampanye pemilihan blok politik pro-Serbia.
Baca Juga:Belum Memenuhi Target Cakupan Akta Kelahiran, 9 Provinsi Masuk MerahSaat Arteria Dahlan Curigai Cleaning Service Kejagung
Selain itu, pemimpin Front Demokratik Andrija Mandić dan Milan Knežević masing-masing dijatuhi hukuman lima tahun penjara karena terlibat dalam upaya kudeta yang didukung Rusia tahun 2016, di mana Đukanović lolos dari pembunuhan. Kasus mereka sekarang berada di tahap banding.