Namun, pemerintahan Trump membalikkan dukungan awalnya untuk kudeta yang direncanakan, dan apa yang dimaksudkan sebagai kemenangan cepat telah menyebabkan perpecahan besar dalam persatuan Teluk yang tidak akan mudah diperbaiki.
Pada November 2017, MBS memikat Perdana Menteri Lebanon Saad Hariri (warga negara ganda Lebanon-Saudi) ke Riyadh, memaksanya untuk mengecam mitra koalisinya, Hizbullah yang didukung Iran, dan mengajukan pengunduran dirinya di televisi Saudi.
Langkah ini juga menjadi bumerang yang menyebabkan kemarahan internasional dan membuat rezim Saudi terlihat lebih bodoh, tulis Marwan Bishara.
Baca Juga:Ikatan Apoteker Indonesia Sebut 800 Apoteker Terpapar Virus CoronaDisebut Inisiator Penyerdehanaan Kurikulum, Sampoerna Trending Tokoh Politik Angkat Bicara
Terlepas dari kesalahan yang memalukan, MBS naik pangkat dengan setiap kegagalan, menjadi putra mahkota pada 2017. Segera setelah itu, dia mengambil alih semua pilar kekuasaan dan bisnis di kerajaan Saudi, membersihkan pangeran dan pejabat pemerintah melalui penahanan mendadak, penghinaan, dan bahkan penyiksaan.
Sejak saat itu, penindasan terus berlanjut tanpa henti terhadap semua tokoh oposisi, termasuk mantan pejabat, tokoh agama, akademisi, jurnalis, dan aktivis hak asasi manusia, mencapai klimaks baru dengan pembunuhan mengerikan dan mutilasi terhadap Khashoggi di Konsulat Saudi di Istanbul pada Oktober 2018.
Jadi, hanya beberapa tahun setelah Raja Salman mengambil alih kekuasaan dan menempatkan putranya yang masih kecil di jalan takhta, Arab Saudi telah dikenal karena kekerasan brutal dan kecerobohannya daripada kemurahan hati dan diplomasi pragmatisnya. Di mata publik, negara ini telah dilambangkan bukan dengan simbol Bulan Sabit Merah, tetapi gambar gergaji berdarah.
Petualangan kurang ajar MBS mungkin telah memperkuat cengkeramannya pada kekuasaan, tetapi itu sangat melemahkan kerajaan.
Terlepas dari ratusan miliar pembelian senjata Saudi, perang lima tahun di Yaman (bencana kemanusiaan terburuk dalam beberapa tahun terakhir) terus berlanjut.
Lebih buruk lagi, pukulan balik dari perang sekarang dirasakan di Arab Saudi tepat seiring Houthi Yaman telah meningkatkan serangan rudal mereka ke kerajaan Saudi.
Dulunya merupakan pencapaian utama Saudi, Dewan Kerjasama Teluk (GCC) sekarang benar-benar lumpuh karena kebijakan MBS yang picik.
Baca Juga:DPR Minta Kemendikbud Terbuka Soal Penyusunan Kurikulum Baru 2021Mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo Klaim Bangkitnya Gerakan PKI Sejak 2008
Kerajaan yang pernah membanggakan dirinya sebagai pilar pragmatisme dan stabilitas regional, telah menjadi kekuatan yang berperang dan tidak stabil.