Sementara itu, untuk partai politik, elektabilitas PDIP masih tetap terjaga. Dari hasil survei, PDIP mengantongi 30,4 persen. Di urutan kedua Gerindra (13,8 persen) dan ketiga Partai Golkar (8,5 persen). Di papan tengah ada PKB (5,3 persen), PKS (5,1 persen), PSI (4,7 persen), NasDem (4,1 persen), Demokrat (3,4 persen), PPP (2,2 persen), dan PAN (1,9 persen). “Seiring deklarasi Giring Ganesha sebagai capres, PSI mendulang kenaikan elektabilitas yang signifikan dari survei sebelumnya,” ucap Vivin.
Elektabilitas PSI bertengger pada angka 4,7 persen atau naik dari sebelumnya 4,1 persen pada survei pada Mei 2020. Kenaikan tersebut konsisten sejak survei pada Februari 2020 sebesar 2,5 persen.
Untuk papan bawah, ada Perindo (0,7 persen), Hanura (0,5 persen), Berkarya (0,3 persen), dan PBB (0,1 persen). Sedangkan PKPI dan Garuda tidak mendapat dukungan (0,0 persen). “Sisanya yang menyatakan tidak tahu atau tidak menjawab sebanyak 19,0 persen,” terangnya.
Baca Juga:Mendagri Minta Pemda Tidak Ragu Percepat Realisasi Penyerapan Belanja DaerahPilkada, Puan Maharani Umumkan Jagoan PDI Perjuangan
Terpisah, pengamat politik dari Indonesian Public Institute (IPI), Karyono Wibowo menyebut menjelang Pemilu 2024, ada kemungkinan Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) menjadi partai politik.
“Gelagatnya kuat menjadi partai politik. Sekarang bisa jadi mereka sebagai ormas bergerak sampai ke daerah-daerah. Kemudian pada momentum mendekati pemilu, deklarasi sebagai parpol,” kata Karyono di Jakarta, Kamis (27/8).
Meski loalisi yang diklaim sebagai gerakan moral itu mengaku tidak akan berubah menjadi partai politik, namun Karyono meragukannya. Sebab, karakter seperti KAMI sudah lebih dulu dilakukan oleh NasDem dan Perindo. Keduanya dulu juga dimulai dari ormas. Sebagaimana diketahui, KAMI juga sudah dideklarasikan di sejumlah wilayah. Yang terbaru di Solo, Jawa Tengah.
“Seperti NasDem dan Perindo dulu. Awalnya kan dari ormas. Kemudian mereka membangun infrastruktur dari pusat sampai daerah. Setelah itu deklarasi menjadi parpol,” paparnya.
Jika prediksinya benar, maka publik akan menyebut KAMI inkonsisten di kemudian hari. “Secara etika dan moral KAMI inkonsisten dari semangat awal. Itu akan menjadi catatan buruk dan menjadi memori kolektif publik. Pasti akan dicatat ,” terangnya.
Dia sependapat dengan sindiran Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang menyebut banyak orang yang ingin jadi presiden di dalam KAMI. Karyono mengatakan sindiran Megawati itu wajar. Sebab KAMI adalah gerakan politik praktis. “Saya melihat gerakan KAMI tidak sekadar gerakan moral. Tetapi gerakan berbau politik praktis,” tegasnya.