Sementara itu, terkait pelaksanaan rapat, Reisa menyarankan agar acara rapat sebaiknya dilakukan tidak lebih dari 30 menit. “Jika memerlukan rapat yang lebih panjang waktunya, bisa dibagi dan diberi jarak. Tujuannya agar ruang rapat bisa disterilkan kembali terlebih dahulu,” tukasnya.
Meski demikian, Reisa tetap menyarankan agar rapat sebaiknya dilakukan secara virtual. Sehingga setiap kemungkinan penularan COVID-19 dapat lebih mudah dikendalikan.
Sementara itu, Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang Brodjonegoro mendorong pengelolaan biodiversitas untuk obat-obatan dan energi terbarukan. Obat-obatan tersebut juga menjadi kebutuhan penting dalam penanganan COVID-19.
Baca Juga:425 Koin Emas Masa Khalifah Abbasiyah Ditemukan di IsraelUtang Tembus Rp45 triliun, PLN Mengadu ke DPR
“Yang belum ditransformasikan dari potensi kekayaan yang sesungguhnya itu adalah biodiversity (keanekaragaman hayati, Red). Salah satunya relevan dengan kondisi saat ini karena banyak biodiversity ternyata bisa menjadi sumber obat-obatan,” ujar Bambang di Jakarta, Selasa (25/8).
Dia menyatakan LIPI perlu mengangkat marwah dari obat tradisional Indonesia menjadi obat modern asli Indonesia (OMAI), yang berasal dari keanekaragaman hayati Indonesia. Menurutnya, kata tradisional yang melekat pada obat Indonesia juga harus ditinggalkan dan diubah menjadi obat modern asli Indonesia.
Bambang mengatakan biodiversitas merupakan aset Indonesia yang pemanfaatannya masih perlu ditingkatkan. Sehingga bisa menjawab kebutuhan bangsa. “Biodiversity juga bukan hanya yang di atas permukaan tanah. Justru yang belum dieksplor adalah biodiversity di bawah laut. Itu tidak hanya obat. tetapi juga untuk energi terbarukan,” pungkas Bambang.(rh/fin)