MOSCOW-Rusia menjadi negara pertama di dunia yang mendaftarkan vaksin COVID-19 ke dalam Daftar Obat Negara. Tenaga kesehatan dan guru akan menjadi yang pertama divaksinasi. Salah satu putri Presiden Putin telah divaksinasi sebagai salah satu sukarelawan dalam pengujian vaksin.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Rusia telah mendaftarkan Sputnik V, vaksin COVID-19 pertama di dunia pada Selasa (11/8), sebagaimana tertulis pada situs resmi kementerian itu pada hari yang sama. Vaksin yang dikembangkan oleh Pusat Penelitian Nasional untuk Epidemiologi dan Mikrobiologi N.F. Gamaleya (Gamaleya Center) milik Kemenkes Rusia itu telah resmi terdaftar dalam Daftar Obat Negara dengan nomor sertifikat pendaftaran LP-006395.
Dalam pertemuan daring Presiden Rusia Vladimir Putin dengan pejabat pemerintah, Menteri Kesehatan Rusia Mikhail Murashko menjelaskan, studi praklinis vaksin dilakukan di Gamaleya Center dan Institut Penelitian Pusat ke-48 milik Kementerian Pertahanan Rusia. Sedangkan, uji klinis dilakukan di dua tempat, yaitu Universitas Sechenov dan cabang Rumah Sakit Militer Utama Burdenko. Menurut hasil penelitian, vaksin tersebut telah menunjukkan efisiensi dan keamanan yang tinggi. Semua relawan mengembangkan titer (jumlah) antibodi COVID-19 yang tinggi. Pada saat yang sama, tidak satupun dari mereka mengalami komplikasi daya tahan tubuh yang serius.
Baca Juga:Kapolda Jateng: Tidak Ada Tempat Untuk Kelompok Intoleran di Jawa TengahSinabung Kembali Erupsi
“Berdasarkan hasil pemeriksaan data uji klinis, para ahli dari Kemenkes mengeluarkan kesimpulan, dan hari ini telah diambil keputusan untuk mendaftarkan vaksin untuk pencegahan infeksi virus korona baru (COVID-19) yang dikembangkan oleh Gamaleya Center Kemenkes Rusia. Ini adalah salah satu vaksin pertama di dunia yang terbukti kefektifan dan keamanannya,” kata Murashko.
Seperti yang dijelaskan pada situs Kemenkes, vaksin Sputnik V yang dinamai menurut satelit pertama yang berhasil diluncurkan ke luar angkasa oleh Uni Soviet itu merupakan vaksin dengan dua komponen vektor berdasarkan adenovirus manusia. Vaksin tersebut lulus semua uji keamanan dan kemanjuran yang diperlukan pada beberapa spesies hewan (hewan pengerat dan primata), kemudian diujikan pada dua kelompok sukarelawan, yang masing-masing terdiri dari 38 orang. Vaksin itu tidak mengandung komponen virus COVID-19. Skema injeksi dua kali lipat memungkinkan pembentukan kekebalan jangka panjang. Pengalaman menggunakan vaksin vektor dengan skema pemberian dua kali lipat menunjukkan bahwa kekebalan tubuh bertahan hingga dua tahun.