Sementara itu, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menilai sudah saatnya kandidat yang muda diusung pada Pemilihan Presiden 2024 karena saat ini hampir sebagian besar ketua umum partai besar di Tanah Air sudah berusia lanjut.
”Pada 2024 Jokowi sudah dua periode dan secara konstitusi sudah tidak bisa maju lagi, sementara ketua partai-partai besar sudah berumur,” kata Ketua DPP PKS Wilayah Daerah Sumatera Bagian Utara Tifatul Sembiring.
Menurut dia, pada 2024 Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati sudah mendekati usia 80 tahun, Ketua umum Partai Gerindra Prabowo Subianto juga sudah lebih 70 tahun, termasuk Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh.
Baca Juga:Babe Haikal: Bukan Jokowi atau Pak Prabowo, Yang Tentukan Nasib Bangsa Ini adalah Habib RizieqTengku Zulkarnain Bertanya ke Jokowi: Kenapa di Medsos Rata-rata Pendukung Bapak Tidak Beradab?
Ia melihat hingga saat ini belum ada kandidat yang benar-benar kuat dan masih simpang siur. ”Memang ada nama Anies Baswedan namun diserang terus secara politik, ada pula Ganjar Pranowo dan Ridwan Kamil, kalau Agus Harimurti Yudhoyono malah terlalu muda, kalau di Sumbar ada Irwan Prayitno yang sudah profesor,” jelasnya saat deklarasi pasangan calon Gubernur Sumbar Mahyeldi-Audy.
Terkait dengan mekanisme pencalonan, Tifatul Sembiring mengungkapkan pada pasal 6 ayat 2 UUD 1945 yang menyatakan partai politik dan gabungan partai politik berhak mengusung calon presiden dan wakil presiden semua parpol bisa mengajukan calon.
”Jadi secara aturan tidak ada syarat 20 persen di sana, itu hanya strategi partai besar saja agar partai kecil tidak bisa mencalonkan kandidatnya,” terangnya.
Ia menilai penyederhanaan jumlah kandidat pada pilpres di tanah air belum cocok karena Indonesia luas ada 17 ribu pulau, 800 lebih suku dan bahasa yang beragam. ”Ini belajar dari pilpres 2019 Indonesia terbelah begitu keras karena hanya ada dua pasang calon,” pungkas mantan Mantan Menteri Kominfo itu. (fin)