JAKARTA-Ledakan yang mengguncang ibu kota Lebanon pada Selasa (4/8) dan menyebabkan gempa bumi dahsyat setelahnya tidak hanya karena kelalaian dan korupsi, tetapi mungkin telah dipicu oleh “serangan,” kata Presiden Lebanon Michel Aoun Jumat (7/8), dalam pernyataan yang diunggah ke Twitter.
“Ada dua kemungkinan. Entah itu akibat kelalaian, atau gangguan eksternal oleh rudal atau bom,” ujar Aoun.
Itu adalah pengakuan pertama tentang kemungkinan serangan oleh seorang pejabat terkait sejak Presiden AS Donald Trump berbicara terus terang setelah arahan intelijen pada Selasa (4/8). Itu juga menguatkan pengakuan yang diperoleh dari wawancara dengan berbagai sumber pertahanan dan keamanan Lebanon dan Amerika sejak ledakan itu.
Baca Juga:Gerindra Kurang Kaderisasi, Gaya Kepemimpinan Prabowo Mudah DitebakBabe Haikal: Bukan Jokowi atau Pak Prabowo, Yang Tentukan Nasib Bangsa Ini adalah Habib Rizieq
Pemimpin Lebanon itu, yang telah mempertahankan perjanjian dengan Hizbullah sejak 2006, menolak seruan untuk penyelidikan internasional atas insiden tersebut.
“Jika kita tidak bisa mengatur diri kita sendiri, maka tidak ada yang bisa mengatur kita,” tegasnya.
Presiden AS Donald Trump tiga hari sebelumnya mengatakan insiden itu adalah serangan yang disengaja.
“Izinkan saya mulai dengan menyatakan duka cita terdalam Amerika kepada rakyat Lebanon, di mana laporan menunjukkan bahwa banyak sekali orang tewas, ratusan lainnya terluka parah dalam ledakan besar di Beirut,” tutur Trump kepada wartawan dengan muram, kira-kira enam jam setelah ledakan melanda Beirut.
“Itu terlihat seperti serangan yang mengerikan,” katanya.
Pemimpin AS tersebut sebelumnya telah menerima pengarahan intelijen pada pukul 2 siang. Ketika ditanya oleh seorang reporter untuk mengklarifikasi kesimpulannya, Trump berkata, “Saya telah bertemu dengan beberapa jenderal besar kita … Ini bukanlah semacam peristiwa ledakan pabrik.”
Dia menambahkan, “Mereka sepertinya berpikir itu adalah serangan. Itu semacam bom, ya.”
Penilaian bom datang dengan latar belakang serentetan konfrontasi antara Israel dan Hizbullah, dan serangkaian kebakaran dan ledakan di situs militer sensitif di Iran.
Baca Juga:Tengku Zulkarnain Bertanya ke Jokowi: Kenapa di Medsos Rata-rata Pendukung Bapak Tidak Beradab?Sinyal Krisis Makin Kronis
Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah dalam pidatonya pada Jumat (7/8) mengatakan, hanya penyelidikan yang akan mengungkap penyebab bencana dan menegaskan kelompoknya tidak memiliki kehadiran militer di pelabuhan.
Israel beberapa hari sebelumnya juga menyangkal keterlibatan dalam bencana manusia itu, dengan Menteri Luar Negeri Gabi Ashkenazi menyatakan kepada televisi Israel N12, ledakan itu kemungkinan besar merupakan kecelakaan.