JAKARTA-Wali Kota Beirut Marwan Abboud tak bisa menahan tangisnya ketika memantau lokasi ledakan di Beirut, Lebanon. Ia berkata tak pernah melihat bencana seperti ini seumur hidupnya.
“Saya tak pernah melihat kehancuran seperti ini. Ini adalah petaka nasional. Ini adalah bencana bagi Lebanon,” ujar Abboud saat diwawancara Sky News Arabia, Rabu (5/8/2020).
Ledakan di Beirut, Lebanon, mengakibatkan terjadinya kepulan asap tinggi, sehingga pengguna media sosial menyebutnya mirip dengan bom Hiroshima.
Baca Juga:Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan 1965/66 (YPKP 65) Temukan Kuburan Massal di CirebonDeretan Penyumbang Deflasi
Marwan Abboud juga ikut berpikir demikian. “(Ini)” mirip dengan apa yang terjadi di Hiroshima dan Nagasaki,” ucapnya.
Pemerintah pusat Lebanon menjelaskan bahwa ledakan ini terjadi di gudang penyimpanan amonium nitrat. Bahan kimia itu bisa menimbulkan ledakan jika terpapar suhu tinggi.
Perdana Menteri Hassan Diab berkata ada sekitar 2.750 ton amonium nitrat di gudang tempat terjadinya ledakan di Beirut, Lebanon. Ia menyebut siap menghukum pelaku yang bertanggung jawab.
Mengutip Sky News, Rabu (5/8/2020), para saksi mata mengatakan sejumlah orang terluka selama kehancuran yang meluas di seluruh kota. Ada penduduk melapor langit-langit bangunan runtuh dan jendela-jendela hancur.
Kolom asap besar terlihat menjulang di atas kota setelah ledakan.
Orang-orang yang terluka terlihat tergeletak di tanah dekat pelabuhan Beirut, menurut seorang fotografer di tempat kejadian.
Editor Sky News Timur Tengah Zein Ja’far, yang berada di pusat kota Beirut pada saat ledakan Selasa 4 Agustus sore waktu setempat mengatakan ledakan besar itu menyebabkan jendela runtuh dan membentuk seperti gua.
“Ledakan ini merobek fasad bangunan tempat kami berada, dan begitu debu mereda, kami dan orang lain di blok ini bergegas ke luar. Benar-benar pemandangan yang mengkhawatirkan,” kata Zein Ja’far.
Baca Juga:Korupsi Dipidana Seumur Hidup800 Ribu Lebih Data Nasabah KreditPlus Bocor di Forum Internet
“Suara sirene brigade pemadam kebakaran, ambulans, polisi dan juga militer telah cukup gencar selama 45 menit terakhir dan sejumlah besar layanan darurat dan pasukan keamanan bergegas ke daerah itu sekarang,” ungkap Zein Ja’far.
“Banyak orang yang sangat linglung, sangat berlumuran darah berjalan-jalan mencoba mengumpulkan sikap mereka,” tutur editor Sky News itu.