JAKARTA-\Segmen Sianok yang merupakan sesar aktif di Sumatera Barat memiliki potensi memicu gempa kuat yang patut diwaspadai akan terjadi berulang.
“Masyarakat perlu mengetahui bahwa gempa tektonik memiliki periode ulang. Berdasarkan teori, gempa kuat dapat berulang kembali pada sumber gempa yang sama,” kata Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono di Jakarta, Rabu, 1 Juli 2020.
Hasil kajian Pusat Studi Gempa Nasional (PusGeN) pada 2017 menunjukkan bahwa Segmen Sianok memiliki magnitudo tertarget M 7,4 dengan laju pergeseran sesar 14 mm per tahun.
Baca Juga:Jokowi Marah, Ancam ReshuffleFadli Zon: Bu Risma Jangan Sujud lagi pada Manusia, Cukup pada Tuhan
Jika sumber gempanya kredibel, semakin lama periodisitasnya, gempa yang terjadi akan semakin besar. “Ini artinya Segmen Sianok cukup aktif, memiliki potensi memicu gempa kuat yang patut diwaspadai,” katanya.
Sebelumnya wilayah Kota Padang Panjang dan sekitarnya diguncang gempa tektonik berkekuatan M 4,5 dengan kedalaman dangkal pada Selasa pukul 00.40.08 WIB.
Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalamannya, tampak bahwa gempa dipicu aktivitas sumber gempa sesar aktif, yaitu Sesar Besar Sumatera, tepatnya pada Segmen Sianok.
Meskipun gempa tersebut tidak sampai menimbulkan kerusakan, tetapi mengingatkan peristiwa gempa merusak Padang Panjang pada 28 Juni 1926. Gempa dengan kekuatan M 7,6 saat itu juga dipicu oleh aktivitas sesar aktif, tepatnya pada Segmen Sianok.
Gempa yang meluluhlantakkan Kota Padang Panjang dan sekitarnya itu berdasarkan catatan sejarah diperkirakan telah menelan korban jiwa sebanyak 354 orang meninggal dunia.
Tiga jam pascagempa utama (mainshock), muncul guncangan kuat gempa susulan (aftershock) yang juga mengakibatkan kerusakan di sekitar Danau Singkarak. Tercatat, di Kabupaten Agam sebanyak 472 rumah roboh di 25 lokasi, 57 orang meninggal, dan 16 orang luka berat. Di Padang Panjang sebanyak 2.383 rumah roboh dan sebanyak 247 orang meninggal dunia.
Akibat kuatnya guncangan tanah (ground motion) saat itu, juga memicu terjadinya Seiche di Danau Singkarak. Seiche adalah gelombang berdiri di mana osilasi vertikal terbesar ada di setiap ujung badan air dengan osilasi yang sangat kecil di tengah gelombang.
Baca Juga:Anak Ingin Penjarakan Ibu, Kasat Reskrim Polres Lombok Tengah Tolak Laporan: Saya Enggak Mau TerimaJokowi Ungkap 7 Perusahaan asal Tiongkok akan Relokasi ke Indonesia
Seiche pada air danau umumnya terjadi saat gempa kuat hingga memicu terjadinya limpasan air danau yang kemudian tumpah ke dataran. “Gempa 28 Juni 1926 adalah catatan gempa terakhir yang paling merusak di Padang Panjang dan kemarin pagi segmen sesar aktif ini kembali menggeliat,” katanya.