Setelah era pendudukan Jepang berlalu, di zaman Revolusi, Joesoef menjadi komisaris polisi senior di Jawa Barat yang dikuasai NICA. Ketika Negara Pasundan eksis di Jawa Barat, Raden Joesoef adalah Kepala Jawatan Kepolisian Negara Pasundan.
Jelang angkat kakinya tentara Belanda dari Indonesia, terjadi pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) di Bandung dan Jakarta. Nama Joesoef, selaku Kepala Jawatan kepolisian Negara Pasundan, dikaitkan dengan pemberontakan itu. Tak hanya dirinya, Male Wiranatakusumah yang menggantikan ayahnya menjadi Bupati Bandung juga dianggap terlibat. Keterangan ini tertera dalam arsip laporan kepolisian No.Pol.278/A.R./PAM/DKN/50 tanggal 21 Februari 1950 (ANRI, Kementerian Perdana Menteri RI Yogyakarta, Nomor 129).
Waktu kejadian, Joesoef bersama Panglima Divisi 7 Desember (Belanda) Jenderal Mayor Engels berada di Bandung. Joesoef melihat bagaimana seorang inspektur polisi bernama Julius van der Meulen dimarahi sang jenderal, setelah gerakan gagal yang dipimpin Westerling itu.
Baca Juga:Bahayakah Pemakaian Hand Sanitizier Jika Berlebihan?New Normal Bikin Cemas, Normalkah?
Pada sekitar 1983, Raden Joesoef, yang sudah berusia akhir 70-an, sempat didatangi Pieter Sjoerd van Koningsveld dan mengakui jika Snouck adalah ayahnya. Beberapa media nasional bahkan memuat cerita tentangnya.
Keberadaan Raden Joesoef diketahui berkat anaknya, Harry Joesoef, yang tinggal di Belanda. Anak Raden Joesoef lainnya, Eddy Joesoef, bukan orang sembarangan. Dia pahlawan Indonesia dalam ajang akbar bulutangkis Thomas Cup 1958.
Raden Joesoef, anak orientalis besar yang nasihat-nasihatnya kepada pemerintah kolonial berhasil menjinakkan perlawanan bangsa Aceh, menjalani masa tua dengan damai sebagai pensiunan perwira tinggi polisi. Ia meninggal pada 1984 di Jawa Barat. (*)