JAKARTA-Seorang hakim federal mengizinkan publikasi buku yang mengungkap berbagai skandal Presiden Amerika Serikat Donald Trump, ditulis oleh mantan penasihat keamanan nasional John Bolton.
Perkara ini sampai ke pengadilan karena gugatan yang diajukan Gedung Putih, dengan alasan bahwa buku tersebut banyak memuat informasi rahasia yang tidak boleh dipublikasikan.
https://twitter.com/AmbJohnBolton/status/1272238637170786311?s=20
Namun, pada Sabtu (20/6/2020), Hakim Royce Lamberth mengatakan buku itu boleh dirilis sesuai jadwal pekan depan.
Baca Juga:Rumah Batu Olak Kemang Peninggalan Pangeran WirokusumoBalon Berwarna Putih Diduga UFO Muncul di Langit Jepang
Hanya saja, hakim mengingatkan bahwa Bolton mempertaruhkan keamanan nasional dengan menulis buku itu.
“Terdakwa Bolton telah berjudi dengan keamanan nasional Amerika Serikat. Dia membuat negara menjadi terpapar bahaya dan dirinya sendiri terpapar pada perkara perdata,” kata Hakim Lamberth dalam keputusannya.
“Namun, fakta-fakta ini tidak bisa mengendalikan mosi pengadilan. Pemerintah telah gagal menunjukkan bahwa surat perintah pengadilan bisa mencegah kerugian yang terjadi,” tambahnya.
Faktanya memang sebelum buku ini dirilis, sejumlah media massa terkemuka sudah mendapat bocorannya dan memuatnya dalam berita yang menghebohkan Amerika.
Kementerian Hukum AS meminta surat perintah pengadilan untuk mencegah perilisan buku berjudul “The Room Where It Happened” (Dalam Ruangan di Mana ini Terjadi) yang dijadwalkan pada Selasa nanti (23/6/2020), karena menilai buku tersebut memuat rahasia negara dan Bolton mengabaikan proses pemeriksaan yang disyaratkan padahal sebelumnya dia sudah sepakat soal ini.
“Demi mendapatkan uang, dia telah melanggar janjinya,” kata jaksa David Morrell dalam sidang Jumat lalu.
Namun, kubu Bolton berargumen bahwa pemerintah hanya ingin mencegah keluarnya informasi yang memalukan tentang perilaku Presiden Trump.
Baca Juga:dokter Raisa Broto: Dexamethasone Bukan Penangkal Covid-19, Ini Bukan VaksinMemoar Para Tokoh Bangsa, Kepada Sultan Hamid II
Mereka juga berdalih bahwa buku itu sudah menjadi domain publik melalui sejumlah wartawan yang telah menerima kopiannya, dengan menyertakan foto-foto wartawan memegang dan membaca buku tersebut.
“Kalimat sudah diucapkan, tidak mungkin ditarik lagi,” kata Charles Cooper, penasihat hukum Bolton, kepada hakim Jumat lalu.
Selain itu Bolton juga telah diberi tahu melalui surel bahwa manuskrip bukunya ketika itu tidak memuat informasi rahasia dan tidak ada instruksi tegas kalau Bolton harus menunggu izin tertulis untuk menerbitkan bukunya.