Adapun rekomendasi tersebut juga mengingat bahwa obat tersebut dapat mengurangi risiko kematian hingga 20-30 persen.
“Obat ini dianjurkan karena akan mengurangi jumlah kematian sebesar 20 sampai 30 persen dari kasus-kasus tersebut,” kata Dokter Reisa.
Kemudian, hal yang juga harus dipahami bahwa obat tersebut tidak memiliki dampak atau bukan terapi untuk kasus-kasus konfirmasi yang sakit ringan, atau tanpa gejala.
Baca Juga:Memoar Para Tokoh Bangsa, Kepada Sultan Hamid IIImam Nahrawi Sebut Taufik Hidayat Pernah Menerima Uang Rp 7,8 Miliar untuk Urus Kasus di Kejagung
Selanjutnya, seperti yang telah disampaikan sebelumnya bahwa, pemakaian obat-obat steroid untuk Covid-19 hanya dibolehkan dalam pengawasan ahli, para dokter, dan dilakukan di sarana dengan fasilitas yang memadai, tentunya yang siap untuk menangani efek samping yang dapat terjadi.
Dalam hal ini, Dokter Reisa juga mengatakan bahwa Badan Pengawasan Obat dan Makanan atau BPOM akan memantau peredaran Dexamethasone.
“Meski kita telah mendengar beberapa berita baik kemajuan dunia kesehatan, baik dalam negeri, maupun dari luar negeri di internasional, WHO sampai saat ini belum menentukan obat atau regimen data kombinasi pengobatan yang tetap untuk perawatan pasien Covid-19,” kata Reisa.
Oleh karena itu, hingga sejauh ini, WHO dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tetap menganjurkan agar masyarakat dapat mengikuti selalu petunjuk dari dokter.
“Tidak boleh mengobati diri sendiri, hindari penggunaan antibiotik dengan tidak tepat juga, karena dapat menyebabkan resistensi terhadap jenis antibiotik yang dikonsumsi tersebut, dan sekali lagi, belum ada pengobatan Covid-19 sampai saat ini yang dapat mencegah,” kata Reisa.
Hingga saat ini, cara terbaik untuk memutus rantai penyebaran Covid-19 adalah dengan menerapkan protokol kesehatan, seperti menjaga jarak, memakai masker, cuci tangan dengan sabun dan air sesering mungkin dengan minimal 20 detik.
“Semuanya itu tentunya akan lebih baik, karena mencegah lebih mudah, lebih baik, dan lebih murah, daripada mengobati,” pungkas Dokter Reisa. (*)