JAKARTA-Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo mengungkapkan sejumlah dokter dan petugas laboratorium yang terpapar virus corona atau Covid-19 karena kebocoran laboratorium.
“Beberapa waktu yang lalu, sejumlah dokter dan tenaga laboratorium itu sempat terpapar Covid-19 karena ada kebocoran dari laboratorium. Nah ini yang harus kita jaga,” kata Doni Monardo saat konferensi pers seusai mengikuti ratas melalui konferensi video, Kamis (4/6/2020).
Karena itu, meski Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah memberikan target baru terkait uji spesimen virus corona menjadi 20.000 per hari dari awalnya 10.000 per hari, pihaknya tetap akan mengutamakan keamanan laboratorium dan keselamatan sumber daya manusia (SDM) di laboratorium tersebut.
Baca Juga:Mantan Kepala Intelijen Inggris M16 Ungkap Bukti Virus Corona Buatan Manusia Disebar secara SengajaBegini Nasib Derek Chauvin dan 3 Polisi atas Perannya di Pembunuhan George Floyd
“Kemudian ketentuan-ketentuan yang ada, termasuk tentunya masalah keamanan, supaya ini menjadi atensi karena risiko yang dihadapi oleh para pekerja laboratorium ini tidak tidak jauh berbeda dengan risiko yang dihadapi oleh para dokter dan perawat,” terang Doni Monardo.
Apalagi dengan pelibatan swasta terhadap uji spesimen corona, menurutnya laboratorium swasta harus dapat menjamin para pekerja di laboratorium tidak menjadi berisiko karena sistem pengamanannya belum maksimal.
“Kita harus betul-betul meyakini jangan sampai dokter, perawat dan petugas laboratorium menjadi korban atau menjadi berisiko karena sistemnya belum maksimal. Jadi kami bersama dengan Kementerian Kesehatan di bawah bimbingan dari Bapak Menko PMK akan senantiasa memperhitungkan segala aspek ya terutama masalah keamanan dari tenaga medis kita,” tegas Doni Monardo.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Koordinator bidang Pembangunan Mausia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan dibutuhkan relawan yang cukup besar agar target uji spesimen sebanyak 20.000 per hari, bahkan 30.000 per hari dapat tercapai.
”Untuk testing itu juga dibutuhkan relawan. Relawannya ini harus setingkat lebih tinggi, misalnya mahasiswa S2 jurusan mikrobiologi, S2 jurusan magister kesehatan masyarakat. Kalau itu bisa kita rekrut, itu akan mengurangi beban dari laporan yang selama ini bekerja,” kata Muhadjir Effendy.
Dengan adanya mesin-mesin polymerase chain reaction (PCR) yang sudah dapat diproduksi dalam negeri, maka Muhadjir Effendy mengharapkan jam kerja para relawan dan petugas laboratorium ini bisa dioptimalkan. Paling tidak, jam kerja mereka bisa digilir sehingga seluruh mesin PCR tersebut bisa bekerja selama 22 hingga 24 jam.