“Kebijakan ‘stay at home’ dan ‘physical distancing’ menyulitkan pemantauan pertumbuhan balita di posyandu. Apabila tidak cepat dideteksi melalui pengukuran berat badan, panjang badan, hingga lingkar kepala, anak-anak bisa menderita malnutrisi kronis hingga menjadi stunting,” ungkapnya.
Damayanti menambahkan, selain mempengaruhi otak, nutrisi pada awal kehidupan seperti protein, asam amino, zat besi, maupun seng, juga berpengaruh kepada daya tahan tubuh seorang anak.
Asupan yang tidak cukup dapat berpengaruh pada penurunan berat badan, “weight faltering” (kenaikan berat badan yang tidak sesuai kurva), kesulitan nafsu makan, hingga malnutrisi.
Baca Juga:Raja dari Segala Awan ‘Cumulonimbus’ Disebut Al QuranFenomena Gugusan Awan Menjulang Sepanjang Pulau Jawa
Penelitian intervensi yang dilakukan oleh Prof Damayanti dari RSCM di Kabupaten Pandeglang, Banten, pada 2018 menunjukkan bahwa anak-anak dengan gizi buruk atau kurang naik secara signifikan setelah diberikan PKMK dalam dua bulan.
PKMK yang diberikan berupa minuman dengan kalori 100 dan 150. Nutrisinya berisi elementeri diet berupa asam amino, glukosa, asam lemak, dan mikronutrien yang secara “evidence based” sangat cocok untuk anak-anak di bawah usia dua tahun yang mengalami gangguan gizi.
Pengamat dan aktivis kesehatan DR. Dr. Tubagus Rachmat Sentika, SpA, MARS, yang pernah menjabat sebagai Deputi Menko PMK 2014-2016, mengapresiasi tekad pemerintah dalam upaya menurunkan angka “stunting”.
Namun, Rachmat mengkritisi kurangnya infrastruktur regulasi di Kementerian Kesehatan dalam upaya penanganan masalah stunting secara menyeluruh.
Menurut Rachmat Sentika, meskipun Kementerian Kesehatan telah menerbitkan aturan tentang Tata Laksana Gangguan Gizi Akibat Penyakit melalui Permenkes 29 tahun 2019 tetapi implementasinya masih belum berjalan dengan optimal.
“Aturan tersebut jelas sekali menyebutkan bahwa penanganan ‘stunting’ harus dilakukan melalui survailans dan penemuan kasus oleh Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan selanjutnya bila ditemukan gangguan gizi baik, gizi buruk, gizi kurang, kurus, alergi atau masalah medis lainnya harus diberikan Pangan Khusus Medis khusus (PKMK),” katanya.
Rachmat Sentika menambahkan seharusnya semua Puskesmas dan Rumah Sakit wajib menyediakan anggaran PKMK selain Anggaran PMT untuk menangani gangguan gizi yang akan berdampak pada “stunting”.
Baca Juga:Zona Hijau untuk 102 Wilayah Terapkan New Normal, Ini DaftarnyaHasil Riset LSI Denny JA Sebut 158 Wilayah Bisa Terapkan New Normal 5 Juni
Sementara itu Agus Pambagio, pengamat kebijakan publik, mengatakan bahwa kebijakan pencegahan ”stunting” ini harus dikawal dan dilakukan mulai pusat sampai daerah melalui kebijakan yang jelas, terkoordinasi, dan mudah diimplementasikan.