Saat ini, ilmuwan di seluruh dunia sedang mencari asal mula virus ini dan telah menyampaikan banyak pandangan akademis soal ini. Para ilmuwan Tiongkok juga melakukan penelitian mendalam untuk mendapatkan fondasi ilmiah dalam mengidentifikasi asal mula virus ini.
Jurnal medis terkemuka Inggris, The Lancet, telah menerbitkan artikel ilmiah dari para ilmuwan Tiongkok pada 24 Januari.
Artikel itu menyebutkan bahwa 41 kasus Covid-19 pertama dibawa ke rumah sakit di Wuhan antara 16 Desember 2019 dan 2 Januari 2020. Sebanyak 27 pasien punya riwayat mendatangi pasar ikan Huanan, 14 lainnya tidak. Tanggal munculnya gejala pada pasien pertama adalah 1 Desember 2019. Tak satu pun anggota keluarganya mengalami gejala demam atau masalah pernapasan. Pasien pertama ini juga tidak ada riwayat ke pasar ikan Huanan. Selain itu, tidak ada kaitan epidemiologi antara dia dengan kasus-kasus berikutnya.
Baca Juga:Amerika Serikat Putus Hubungan dengan WHODipicu 2 Mobil PCR Bantuan BNPB Diserobot, Bu Risma Mengamuk Viral
Virus adalah musuh yang sangat umum bagi manusia, bisa muncul kapan saja, di mana saja. Epidemik terjadi secara alami, bukan rekayasa manusia. Tempat asal epidemik adalah korban, bukan pelaku. Jadi tidak adil kalau dituntut harus bertanggung jawab.
Dr Michael Ryan, Direktur Eksekutif WHO, mengatakan bahwa pihaknya belum menerima data atau bukti apa pun dari pemerintah AS terkait dugaan asal usul virus ini.
Fakta lain:
Michael Melham, Wali Kota Belleville di New Jersey, mengatakan dia didiagnosa positif memiliki antibodi virus corona pada November 2019, atau lebih dari dua bulan sebelum kasus pertama di AS dilaporkan pada 20 Januari 2020.
Lalu pada 6 Mei, USA Today memberitakan bahwa 171 orang di Florida menunjukkan gejala Covid-19 di awal Januari 2020, dan tak satu pun yang pernah bepergian ke Tiongkok.
Pada 3 Mei, International Journal of Antimicrobial Agents menerbitkan artikel yang berjudul “SARS-COV-2 sudah menyebar di Prancis pada akhir Desember 2019”, berdasarkan catatan medis 14 pasien yang dirawat karena keluhan mirip influenza antara 2 Desember 2019 dan 16 Januari 2020, dan dilakukan uji ulang reverse transcription-polymerase chain reaction (RT-PCR) pada 6 dan 9 April 2020. Satu sampel dari pria berusia 42 tahun positif Covid-19.