Pergerakan itu terjadi karena lempeng tektonik tersebut, katanya, berdiri di atas sebuah cairan magma yang menyebabkannya terus bergerak. “Semua lempeng tektonik itu berdiri di atas sebuah cairan likuid. Kemudian bergerak, tapi bergeraknya itu sangat pelan,” katanya.
Hamparan benua yang terbentuk saat ini, kata dia, merupakan hasil dari pergerakan yang terjadi sejak jutaan tahun yang lalu.
Pergerakan itu sering kali menyebabkan gempa bumi sehingga beberapa lempeng saling bergerak dan saling bertemu. Namun, ia mengatakan pergerakan tiap-tiap lempeng tersebut berbeda-beda. “Kalau di selatan Indonesia, Hindia-Australia itu sekitar 7-10 sentimeter per tahun. Ada yang bilang sekitar 6 sentimeter. Tetapi itu relatif,” katanya.
Baca Juga:Kronologi Wawancara Deddy Corbuzier-Siti Fadilah Supari Versi Ditjen PASUsai Podcast dengan Siti Fadilah Supari Jadi Sorotan, Ini Klarifikasi Deddy Corbuzier
Jika yang dimaksud perpecahan dalam prediksi para ilmuwan itu berada di batas pertemuan lempeng besar yang terakumulasi dalam waktu puluhan tahun sehingga melepaskan energi dan menyebabkan gempa besar, menurutnya, hal itu bisa saja terjadi.
Namun, tambahnya, jika perpecahan itu terjadi secara tiba-tiba dan dalam jarak yang cukup besar, hal tersebut tidak mungkin terjadi. “Kalau tiba-tiba pecah dengan jarak yang besar, enggak mungkin. Bisa kiamat nanti negeri ini. Tidak hanya negeri ini, tetapi juga bumi ini,” demikian Rahmat Triyono. (Antara)