SEARAH mencatat banyaknya kasus kematian sia-sia akibat minuman keras. Tak melulu kematian akibat minum, tetapi juga kematian akibat perebutan pasar minuman keras yang nilainya sangat menggiurkan. Perang gangster di Amerika Serikat (AS) bisa dijadikan sebuah pelajaran berharga.
Alphonse Gabriel Capone, atau lebih dikenal sebagai Al Capone, adalah nama yang mustahil dilupakan ketika berbicara mengenai topik gangster.
Namun demikian, semengerikan dan sedigdaya apapun Al Capone dan gengnya, ia, toh, tetap memiliki musuh yang cukup membuatnya gentar. Namanya Adelard Cunin atau yang lebih dikenal dengan nama lain: George “Bugs” Moran.
Baca Juga:Peneliti Sebut Setengah Akun Twitter Informasi Tentang Corona di Amerika Serikat adalah Robot KomputerKalkulasi Subsidi Bersumber APBN 2020
Konflik antara geng Bugs dan Al Capone terjadi ketika Amerika Serikat tengah berada di Era Prohibisi yang ditandai dengan pemberlakuan UU Larangan Alkohol pada 16 Januari 1920. Konflik mengenai pelarangan alkohol kian meruncing karena industri minuman keras di AS sejatinya tengah bergeliat waktu itu. Dipantik dengan penemuan mesin pendingin pada abad 19, para produsen minuman keras bisa memperpendek jalur distribusi produknya dan memangkas ongkos produksi, serta gencar mendirikan banyak saloon (sejenis bar pada masa itu) di berbagai kota Amerika. Dengan demikian, bir atau whiskey tak hadir ke tangan konsumen lewat botol lagi, tapi langsung ke gelas dari tangki-tangki pendingin milik saloon.
Seiring ketatnya persaingan antar saloon, berbagai upaya kreatif pun dilakukan demi memikat konsumen. Antara lain dengan membuat fasilitas judi hingga prostitusi. Hal tersebut tentunya dijadikan amunisi bagi para penentang alkohol untuk mengajak masyarakat mengutuk minuman keras. Dan hasilnya, pada 16 Januari 1920, Kongres mengeluarkan The 18th Amendment, yang berisi larangan memproduksi, mendistribusikan, dan menjual minuman beralkohol.
Sejak munculnya amandemen tersebut, tingkat konsumsi di AS menurun drastis. Namun, para pebisnis tidak kehilangan akal untuk mencari peluang dan hal ini berujung dengan maraknya tindak kriminal. Terutama sejak para mafia dan gangster mulai ikut bersaing untuk menguasai distribusi minuman ilegal. Dan di Chicago-lah lokasi utama para gengster bersaing mencari keuntungan dalam bisnis gelap ini.