Selang satu hari setelah panduan itu dikeluarkan WHO, Pemerintah Indonesia melayangkan nota diplomatik yang memprotes informasi keliru tersebut. Tidak hanya pemerintah pusat, perwakilan Pemerintah Indonesia di Jenewa, Swiss, juga menyampaikan keberatan yang sama.
“Isi respons kita didasari data, sampai ada footnote-nya (catatan kaki) yang merujuk pada bukti saintifik,” ujar dia.
Di samping Indonesia, Malaysia juga menyampaikan keberatan terhadap isi panduan nutrisi dua kantor regional WHO itu. Indonesia dan Malaysia merupakan dua negara di Asia Tenggara yang menyuplai lebih dari 80 persen kebutuhan kelapa sawit dunia. (Antara)