JAKARTA-Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) akan menggelar pertemuan virtual Majelis Kesehatan Dunia (World Health Assembly/WHA) yang berfokus kepada pembahasan Covid-19. Setidaknya 116 negara, menurut jaringan televisi Australia, ABC News, Senin (18/5/2020), telah memberikan dukungan (co-sponsor) atas draf resolusi terkait investigasi independen yang diharapkan disahkan dalam pertemuan WHO tersebut.
Lebih dari 100 negara termasuk 50 negara Afrika dan seluruh negara anggota Uni Eropa (UE) disebut mendukung resolusi untuk menyerukan penyelidikan independen atas pandemi virus corona. Menurut ABC News, koalisi negara-negara yang memberikan dukungan antara lain Inggris, Kanada, India, Indonesia, Jepang, Selandia Baru, dan Rusia.
Terkait hal itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri RI, Teuku Faizasyah, memberikan klarifikasi. Menurut Faizasyah, rancangan resolusi itu mencakup banyak hal yang intinya terkait kerja sama dan penguatan multilateralisme dalam menghadapi pandemi.
Baca Juga:Kementerian BUMN: Informasi Wajibkan Pegawai BUMN Kerja 25 Mei HoaksKapal Penumpang Tujuan Nusa Penida Terbalik di Perairan Sanur
“Tidak ada referensi mengenai investigasi dalam rancangan resolusi tersebut, yang ada adalah evaluasi berdasarkan konsultasi dengan negara-negara anggota apabila diperlukan,” kata Faizasyah saat dihubungi Beritasatu.com di Jakarta, Senin (18/5/2020).
Faizasyah menegaskan istilah koalisi kurang tepat. “Istilah yang tepat dan baku dalam kerangka kerja sama multilateralisme adalah beberapa negara bersama-sama menjadi co-sponsor satu rancangan resolusi,” ujarnya.
Faizasyah mengatakan resolusi yang diusulkan ke dalam WHA tersebut juga dalam kerangka mekanisme sebelumnya, yaitu belajar dari pengalaman koordinasi yang selama ini dilakukan WHO (lesson learnt).
“Jadi bukan merupakan investigasi independen,” katanya.
Australia menjadi negara pertama yang meminta penyelidikan independen tentang asal mula virus corona. Usulan tersebut memicu kecaman keras dari Tiongkok karena menganggap Australia melancarkan serangan kepada negara itu.
Australia tidak secara khusus menyebut Tiongkok atau kota Wuhan sebagai pusat penularan virus, namun meminta WHO bekerja sama dengan Organisasi Dunia untuk Kesehatan Hewan (World Organisation for Animal Health) agar melakukan misi lapangan kolaboratif dan ilmiah dan mengidentifikasi sumber zoonosis virus dan rute pengenalannya kepada populasi manusia, termasuk kemungkinan peran dari inang perantara. Menurut sumber-sumber Australia, bahasa itu cukup kuat untuk memastikan penyelidikan tepat dan menyeluruh. (*)