Jutaan hektare lahan diberi untuk kroni dan perusahaan asing melalui kontrak karya (Freeport, Inco, Rio Tinto dll) menjadi tambang dan kebun sawit.
Di sisi lain, Orde Baru mengistimewakan para taipan dengan perlindungan, kemudahan dan fasilitas.
Seperti Liem Bian Koen, Liem Sioe Liong, Liem Hong Sien, Oei Ek Tjhong, Oei Hwie Tjhong, Cai Daoping, Tjoa To Hing, Oei Hwie Siang, Lie Moe Tie, Poo Tjie Gwan, Tjie Tjien Hoan, Li Bai La, Tjia Han Poen, Liem Yu Chan, Oei Suat Hong menjadi konglomerat yang menguasai ekonomi negara secara dominan hingga hari ini.
Baca Juga:Ramai Fenomena Matahari ‘Lockdown’, Ini Penjelasan LAPANPeneliti LAPAN Ungkap Puncak Aktivitas Matahari Diperkirakan 2024 Picu Gangguan Komunikasi
Kesewenangan, korupsi, kolusi, nepotisme, kekerasan, pelanggaran HAM, monopoli ekonomi dan perampasan hak Rakyat mengisi hari hari Indonesia selama 33 tahun.Banyak peneliti menuliskan angka antara 500 ribu hingga 1 juta jiwa manusia meninggal dalam rangkaian kekerasan Orde Baru.
Jumlah konflik agraria tercatat 1.753 kasus dengan luasan lebih dari 10 juta hektare dan korban hampir 1,2 juta kepala keluarga.
Kampus dikepung panser, dibungkam, aktivis mahasiswa dikirim ke berbagai penjara termasuk Nusakambangan.
Satu per satu setiap periode selalu ada aktivis mahasiswa, buruh, petani ditangkap, diculik, bahkan dibunuh. Ada Marsinah, ada Udin Bernas.
Kebebasan informasi dikebiri, puluhan media termasuk Tempo, Sinar Harapan, Prioritas dibreidel. Berbeda kata maka izin terbitnya dicabut seketika.
Pinjaman luar negeri dan pasar bebas disetujui dan sebagai imbasnya tenaga kerja asing secara bertahap memasuki Indonesia sebagai bagian dari kontrak investasi dari berbagai PMA.
Setelah berkali-kali perlawanan mahasiswa dipatahkan, embrio pembangkangan mahasiswa yang lebih besar mulai merebak di tahun 1996.
Baca Juga:Gempa Pangandaran Akibat Aktivitas Lempeng Indo-Australia, Menyusul JogjaKonser BPIP Langgar Physical Distancing, Bamsoet: Saya Minta Maaf
Salah satunya adalah tragedi April Makasar Berdarah dengan tiga korban jiwa yaitu Syaiful Bya, Andi Sultan Iskandar dan Tasrif.
Lalu tahun 1997 beruntun terjadi penculikan mahasiswa dan aktivis pemuda. Mereka diculik dan tidak pernah kembali.
Di antaranya, Dedy Hamdun, Abdul Naser, Yani Afri, Sony, Nova Al Katiri, M Yusuf, Ismail, Petrus Bimo, Herman Hedrawan, Suyat, Wiji Thukul, Ucok Munandar, Hendra Hambali, Yahdin Muhidin, dan Leonardus Nugroho (jasadnya ditemukan dengan luka tembak).Pada 1998 gemuruh truk militer dan panser kembali meraung membelah jalan berdebu.