JAKARTA-Raja Yordania Abdullah II memperingatkan, rencana pemerintah Israel untuk mencaplok bagian-bagian Tepi Barat yang diduduki dapat menyebabkan “konflik besar-besaran”, dan mengatakan kerajaannya “mempertimbangkan semua opsi”, termasuk membekukan atau membatalkan perjanjian damai 1994 dengan Israel.
“Saya tidak ingin membuat ancaman dan menciptakan suasana kontroversi, tetapi kami sedang mempertimbangkan semua opsi,” Raja Abdullah mengatakan kepada majalah Jerman Der Spiegel, ketika ditanya tentang kemungkinan membatalkan perjanjian Wadi Araba.
Yordania berbagi perbatasan sepanjang 335 kilometer dengan Israel dan Tepi Barat, dan koordinasi keamanannya sangat dihargai oleh militer dan intelijen Israel.
Baca Juga:Sidang Perppu Corona Berlanjut, Mahkamah Konstitusi Panggil JokowiProgram Asimilasi dari LP Cibinong, Habib Bahar Smith Bebas
Pemerintahan koalisi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu diperkirakan akan membuat langkah-langkah menuju pemberlakuan kedaulatan atas Lembah Yordan dan permukiman ilegal Israel di wilayah Palestina, kemungkinan dengan dukungan AS, Middle East Eye melaporkan.
Area yang diperebutkan mencakup sekitar sepertiga dari Tepi Barat dan mencakup bentangan sepanjang 97 kilometer di sepanjang perbatasan dengan Yordania.
“Kami sepakat dengan banyak negara di Eropa dan dengan komunitas internasional bahwa hukum rimba tidak boleh diterapkan di Timur Tengah,” ucap Raja Abdullah, seraya menambahkan bahwa ia melihat solusi dua negara sebagai “satu-satunya cara bagi kami untuk bergerak maju”.
Raja Abdullah bertanya-tanya tentang nasib Otoritas Palestina yang berbasis di Ramallah.
“Apa yang akan terjadi jika Otoritas Palestina runtuh? Akan ada lebih banyak kekacauan dan ekstremisme di wilayah ini. Jika Israel benar-benar mencaplok lembah Tepi Barat pada Juli, itu akan menyebabkan konflik besar dengan Kerajaan Hashemite di Yordania,” sambungnya.
Pada Desember, militer Yordania melakukan latihan yang mensimulasikan invasi asing yang datang dari pegunungan barat, tempat kerajaan tersebut berbagi perbatasan dengan Israel.
Raja Abdullah dan Perdana Menteri Yordania Omar al-Razzaz, bersama dengan anggota parlemen dan perwira senior militer, menghadiri “Karameh Swords 2019” (nama sandi latihan tersebut) yang menimbulkan kewaspadaan oleh media Israel seiring ketegangan meningkat.
Baca Juga:Diviralkan Kembali Positif Corona, Ini Klarifikasi Menhub Budi Karya Sumadi#indonesiaterserah, Jokowi: Bukan Berarti Menyerah, Tetapi Menyesuaikan Diri
Lembah Yordan di Tepi Barat kaya akan mineral dan tanah pertanian, dan merupakan area yang sangat strategis yang terletak di perbatasan Yordania.