JAKARTA-Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, kinerja impor Indonesia mengalami penurunan cukup signifikan pada April 2020 akibat wabah virus corona (Covid-19). Meski begitu, impor Indonesia mengalami pertumbuhan tinggi dari China.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, secara umum, impor Indonesia pada bulan itu mencapai US$12,54 miliar, turun hingga 18,58 persen dari catatan April 2019. Penurunan impor terjadi baik di sektor konsumsi, bahan baku atau penolong dan barang modal.
Akan tetapi, jika dilihat dari negara asalnya, impor paling tinggi masih berasal dari China yang meningkat hingga US$762,3 juta. Kemudian diikuti Kanada yang hanya meningkat US$84,1 juta, Brasil US$80,6 juta, dan Amerika Serikat US$28,8 juta.
Baca Juga:Pasien Corona yang Sembuh dan Positif Lagi, Ini Penjelasan WHOSebaran Corona Dipicu OTG, Kasus Positif Covid-19 Jadi 16.496 Orang
“Berdasarkan negara impornya, dari Tiongkok meningkat, menunjukkan recovery di Tiongkok sudah berjalan cukup bagus. Terbesar adalah part of transmission aparatus, garlic dan laptop,” kata dia saat telekonferensi, Jumat, 15 Mei 2020.
Adapun berdasarkan golongan barangnya, peningkatan impor terbesar pada April 2020 adalah ampas atau sisa industri makanan sebesar US$143,8 juta, pupuk US$83,2 juta, sayuran US$59,5 juta, mesin dan perlengkapan elektrik US$56,5 juta serta berbagai produk kimia US$55,3 juta.
“Yang meningkat ampas sisa makanan, pupuk, sayuran dengan catatan yang dimaksud sayuran adalah bawang putih atau garlic, yang utamanya kita impor dari Tiongkok,” tegas dia.
Sementara itu, jika dilihat berdasarkan penggunaan barangnya, impor barang konsumsi mengalami penurunan -16,57 persen secara tahunan, barang modal, -17,11 persen dan bahan baku atau penolong -19,13 persen.
“Tentunya komposisi penurunan impor ini perlu diperhatikan dan diwaspadai karena penurunan impor bahan baku akan berpengaruh ke pertumbuhan industri dan perdagangan sementara barang modal memengaruhi investasi di data pertumbuhan ekonomi dari sisi pengeluaran,” ucap Suhariyanto. (*)