Lepas tengah hari, usai serangkaian orasi dari pimpinan universitas, dosen, dan mahasiswa, massa aksi mulai berbaris keluar dari kampus. Soekisno mengutip sumber dari SMUT menyebut bahwa mahasiswa Trisakti berencana akan long march ke kompleks DPR/MPR Senayan.
Tetapi, langkah demonstran terhenti di depan Kantor Wali Kota Jakarta Barat. Dua barikade polisi mengadang demonstran dengan tameng dan pentungan. Perwakilan SMUT dan pimpinan aparat lantas mengadakan negosiasi. Hasilnya: demonstran dilarang melangkah lebih jauh dari tempat mereka berhenti.
Demonstran akhirnya menggelar mimbar bebas di depan Kantor Wali Kota Jakarta Barat. Sementara itu, para mahasiswi membagikan bunga mawar ke barisan aparat yang berjaga. Bersamaan dengan aksi tersebut, datanglah aparat tambahan dari Kodam Jaya dan satuan Brimob (hlm. 96-98).
Baca Juga:Pesawat Logistik Jatuh di Danau Sentani, Pilot Ditemukan Meninggal DuniaHasil Studi: Pasien Corona Bisa Kehilangan 11 Tahun Masa Hidupnya
Kopassus juga muncul dalam truk-truk terbuka besar, membawa senapan otomatis. Brimob yang baru saja tiba segera bersiaga dengan tabung-tabung gas air mata. Tiga panser yang dilengkapi meriam air juga disiapkan.
“Meski di tengah kehadiran begitu banyak senjata dan tameng: perisai, helm tentara, tongkat, sangkur, sabuk peluru, peredam suara senapan, kendaraan berlapis baja—setiap orang pada kedua sisi barisan begitu rileks dan bergurau,” catat Parry (hlm. 191).
Suasana sempat menegang saat tambahan pasukan pengamanan maju mendesak. Mahasiswa membalasnya dengan cemoohan, teriakan yel-yel yang kian keras, dan acungan tinju. Tetapi, ketegangan itu buyar saat hujan deras mulai mengguyur sekitar pukul 13.30.
Parry menulis, “Dalam beberapa menit, pemandangan di luar Trisakti berganti dari konfrontasi tegang menjadi gelanggang main air.”
Sampai sore demonstran Trisakti tak bergerak. Selama itu pula perwakilan SMUT bernegosiasi dengan aparat keamanan dan tetap buntu. Pukul 17.00 kedua pihak sepakat untuk sama-sama mundur.
Semua berjalan baik-baik saja, hingga seorang bernama Mashud yang mengaku alumni Trisakti mencemooh massa mahasiswa yang balik kanan itu. Mengira Mashud adalah mata-mata, beberapa mahasiswa mengejarnya. Mashud lari ke arah barikade aparat dan terjadilah aksi saling dorong antara mahasiswa dan polisi.
Dari catatan Soekisno, itulah awal petaka yang menimpa demonstran Trisakti. Sebarisan aparat lalu merangsek ke depan menyerang mahasiswa. Tembakan dan gas air mata menghambur ke arah mahasiswa.