JAKARTA-Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan mengatakan, 500 tenaga kerja asing asal Cina akan menuju kawasan industri di Konawe, Sulawesi Tenggara, sekitar Juni atau Juli mendatang. Saat ini perusahaan yang menaungi pekerja itu, PT Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI) dan PT Obsidian Stainless Steel (OSS), sedang menyelesaikan proses perizinannya.
“Orang itu berencana minta, tapi itu nanti baru Juni atau Juli baru kejadian (masuk ke Indonesia), tapi sekarang mereka sudah minta izin. Kan perizinan itu enggak cukup sehari,” kata Luhut saat bincang khusus bersama Radio Republik Indonesia atau RRI, Ahad 9 Mei 2020.
Dia mengungkapkan, kedua perusahaan tersebut tengah membangun pabrik HPAL (high perssure acid leaching) guna membangun industri baterai lithium, di mana nikel merupakan bahan baku produk tersebut. “Dia itu menyelesaikan HPAL untuk persiapan industri lithium baterai,” ucapnya.
Baca Juga:Waspada Telur Infertil Marak di Pasaran, Ini Cara MembedakannyaJokowi Teken Perpres 60/2020 Izinkan Pembangunan Pulau C, G, D, dan N Berlanjut
Menurut Luhut, para TKA tersebut merupakan pekerja yang memiliki kemampuan dalam bidang tersebut, yang tak bisa digantikan orang lain. Dia mengatakan saat ini Indonesia belum memiliki teknologi guna membangun industri tersebut.
“Kami kerjakanlah ini, nanti tenaga asing yang mengerjakan dan setelah itu bersamaan tenaga kerja Indonesia masuk, teknologi kan dari dia, kami enggak bisa dong ngerjain semua, tetap ada asing,” ujarnya.
Setelah proyek ini selesai, kata Luhut, para TKA Cina tersebut akan dikurangi dan digantikan dengan pekerja dari dalam negeri hingga sekitar 92 persen dari total pekerja yang dibutuhkan.
Dia mengatakan, dengan adanya politeknik yang sudah dibangun, hal itu bisa meningkatkan kemampuan dari anak-anak bangsa, dan bisa memenuhi kebutuhan dari pekerja industri tersebut. ” Untuk bikin lapangan kerja perlu orang dulu bikin induknya, setelah itu kita yang kerjakan (operasikan) semua,” ucap dia.
Luhut memperkirakan pada 2023, Indonesia akan memasuki rantai pasok global dalam baterai lithium. Namun demi mencapai tujuan tersebut, menurutnya, harus ada perantara, seperti pertukaran teknologi saat ini yang terjadi antara Indonesia dan Cina.
“Enggak bisa Indonesia bikin sendiri. Teknologi Indonesia belum sampai. Jangan kita tambah lagi bahwa TKA ini mengontrol kita, enggak bener itu,” tutupnya.