Yang paling rentan adalah para pekerja pariwisata di Thailand dan pekerja garmen di Kamboja. Di sektor informal, “kurangnya transparansi hukum” para pekerja menyulitkan pemerintah untuk membantu mereka, katanya.
Di sisi keuangan, laporan itu menyerukan pelonggaran kredit untuk membantu konsumsi rumah tangga dan perusahaan agar selamat dari goncangan langsung, tetapi memperingatkan bahwa kebijakan makroekonomi yang diperluas “tidak dapat berbuat banyak untuk meningkatkan produksi dan lapangan pekerjaan selama periode ketika pekerja diwajibkan untuk tinggal di rumah.”
“Untuk negara-negara yang lebih miskin, keringanan utang akan sangat penting, sehingga sumber daya kritis dapat difokuskan pada pengelolaan dampak ekonomi dan kesehatan dari pandemi,” ucap Mattoo kepada Nikkei Asian Review.
Baca Juga:Waduh! Angka Kehamilan di Indonesia Melonjak Drastis Selama Pandemi CoronaIni Alasan Menunda Rencana Hamil di Masa Pandemi Corona
Dalam hal kebijakan ekonomi makro, laporan itu mengutip perlunya transfer tunai mendesak untuk meningkatkan pengeluaran rumah tangga, bersama dengan peningkatan likuiditas bagi perusahaan.
Langkah-langkah fiskal juga harus mendukung respons kesehatan masyarakat dan memberikan perlindungan sosial untuk meredam guncangan, terutama di antara sektor-sektor yang paling rentan, katanya.
Melihat melampaui tahun 2020, Bank Dunia mengatakan: “kecuali ada kejutan baru yang tidak terduga dan tekanan pasar keuangan yang tahan lama, semakin dalam perlambatan, semakin cepat pemulihan dapat diharapkan.”
Namun pertanyaan tentang kapan tepatnya pemulihan dapat dimulai sangat tergantung pada kapan pandemi ini terbendung, tidak hanya di dalam masing-masing negara tetapi juga mitra dagang utama mereka, pungkas Mattoo. (*)