Khatib seorang politikus lokal yang juga pentolan sebuah komunitas Arab di negara itu. Ia adalah perempuan yang lantang berbicara tentang perjuangan dan kesetaraan agama, gender, serta perjuangan untuk hak-hak Palestina.
“Secara pribadi, urusan wanita selalu menarik minat saya. Bahkan, sebagai pekerja sosial, fokus saya pada wanita. Melalui pekerjaan saya sebagai direktur pusat komunitas, saya berkerja dengan kelompok perempuan, mencoba melibatkan mereka dalam peran kepemimpinan. Pada satu waktu, saya berpikir untuk menjadi wali kota. Namun, saya belum sampai sebagai masyarakat,” kata Khatib seperti dilansir Middle East Monitor, Jumat (8/5).
Khatib memperoleh gelar sarjana dalam bidang pekerjaan sosial di Universitas Haifa, sedangkan gelar megister pada bidang urusan perempuan diperoleh di Universitas Tel Aviv. Sementara itu, di parlemen, ia berharap menangani berbagai masalah mulai dari kekerasan di lingkungan Arab serta kemiskinan dan perumahan. Keluhan tentang diskriminasi terhadap orang Arab menjadi hal biasa di sana.
Baca Juga:Bupati Mimika Minta Jokowi Tutup Freeport, Ada Apa?Mutammimul Ula, Ayah 10 Anak Hafidz Al-Quran Wafat
“Ini adalah masalah yang dekat dengan hati saya dan apa yang mendorong saya ke bidang ini. Namun, saya juga berpikir sebagai minoritas di bidang ini, kita harus mengatasi masalah utama dan sulit, seperti diskriminasi berdasarkan ras dan etnis, kesetaraan dalam anggaran, tanah, dan perumahan, pembongkaran rumah, dan Hukum Negara-Bangsa. Hari ketika itu berlalu adalah hari yang menyedihkan bagi kami,” katanya.
Hukum yang mulai berlaku pada 2018 menyatakan Israel sebagai negara Yahudi dan menurunkan status Arab menjadi status sekunder sebagai bahasa nasional. Hal itu pun memicu kemarahan di antara orang Arab Palestina dan minoritas lain yang melihatnya sebagai hak mereka untuk tinggal di negara itu.
Khatib mengatakan, tujuan anggota komunitas Arab adalah mencoba mengamankan hak kewarganegaraan yang lengkap dan setara untuk semua warga negara meski ini adalah sesuatu yang masih di luar jangkauan. “Kami tahu kami tidak memiliki kemampuan besar menghadapi hal ini, terutama karena mayoritas masyarakat Israel saat ini adalah rasialis dan sayap kanan. Namun, kami tidak dapat meninggalkan masalah ini karena mereka adalah masalah inti yang memengaruhi kehidupan kita sehari-hari,” katanya.