JAKARTA-Sebanyak 14 ABK Indonesia diduga diperbudak saat bekerja untuk kapal tuna asal Cina. Bahkan, menurut laporan stasiun televisi Korea Selatan MBC NEWS, mereka yang meninggal saat bertugas akan dilarung ke laut. Dengan kata lain, pilihan ABK hanya dua, bertahan hidup atau dibuang ke laut.
Bertahan hidup bukan perkara gampang bagi belasan ABK tersebut. Sebab, dalam sehari, mereka bisa diperkajakan secara tidak wajar. Misalnya, menurut salah satu pengakuan ABK yang selamat, dirinya bisa bekerja hingga 18 jam per hari atau lebih.
“Bahkan, kadang-kadang, saya harus bekerja hingga 30 jam. Saya tidak boleh istirahat maupun duduk kecuali ketika nasi keluar setiap 6 jam,” ujar salah satu ABK yang selamat sebagaimana dikutip dari MBC News, Rabu, 7 Mei 2020.
Baca Juga:Viral Video Jenazah ABK asal Indonesia di Kapal China Dilempar ke LautPeneliti Perancis Ungkap Manfaat Nikotin untuk Atasi COVID-19
Bekerja untuk jangka waktu yang tak wajar bukan satu-satunya perkara yang dihadapi ABK tersebut. Selain jam kerja tak wajar, mereka juga dipaksa meminum air laut. Padahal, air laut tak seharusnya diminum karena memicu dehidrasi.
Hal itu kontras dengan yang dialami ABK dan nelayan asal Cina. Mengutip MBC News, sementara ABK Indonesia meminum air laut, nelayan Cina meminum air botol mineral.
“Ketika saya mencoba meminum air laut (yang telah difilter), saya merasa pusing. Tak lama kemudian, sputum mulai keluar di tenggorokan saya,” ujar ABK Indonesia lainnya.
Perlakuan yang tak wajar, menurut MBC News, tak ayal berujung pada tewasnya sejumlah ABK asal Indonesia. Dikabarkan ada tiga ABK Indonesia yang meninggal, mereka berinsial A (24), Al (19), dan S (24). Yang tidak terbayangkan oleh ABK Indonesia lainnya, jenazah dilarung ke laut.
Sebelum dilarung, prosesi yang dilakukan pun sederhana. Jenazah hanya dibungkus terpal warna merah, diperciki alkohol, dan kemudian diasapi dengan dupa. Bayangan para ABK Indonesia, jenazah akan dikremasi untuk kemudian dibawa pulang ke Indonesia.
“Sebelum meninggal, ABK tersebut mengaku kakinya bengkak dan mati rasa. Perlahan pembengkakan itu terjadi ke seluruh tubuh dan ia kesulitan bernafas,” menurut pengakuan sejumlah ABK yang digaji setara Rp135 ribu per bulan.