Menurutnya, virus corona penyebab COVID-19 berbeda dengan virus flu musiman. “Karena masa inkubasinya yang lebih panjang, kasus penyebaran tanpa gejala yang lebih tinggi, dan angka reproduksi virus R0 yang juga lebih besar, virus ini sepertinya menyebar lebih mudah daripada flu,” kata Lipsitch.
Dalam laporannya, tim meminta pemerintah berhenti mengatakan kepada masyarakat kalau pandemik segera berakhir. Sebaliknya, diminta mempersiapkan masyarakatnya untuk wabah yang bertahan lebih lama. Tentang hal ini mereka menulis tiga skenario yang paling mungkin terjadi versi studi yang sudah dilakukan,
Skenario pertama adalah gelombang wabah sekarang ini hanya akan diikuti gelombang yang lebih kecil secara konsisten dan terus bergerak turun mulai 2021. Skenario 2, pandemi gelombang kedua akan terjadi pada akhir tahun ini, diikuti gelombang lebih lemah pada 2021—pola yang mirip dengan pandemi 1918-19 lalu.
Baca Juga:Ada 3 Fenomena Astronomi di Tengah Pandemi Corona, Catat TanggalnyaAda Pemudik Sembunyi di Truk Towing
Skenario 3 adalah apa yang disebut ‘slow burn’ di mana penularan terus terjadi tanpa pola yang jelas. Skenario ini belum pernah terjadi di pandemi sebelumnya. “Virus terus menjangkiti penduduk dunia tanpa perlawanan dan ke depannya belum bisa diprediksi seperti apa yang akan terjadi,” bunyi laporan tersebut.
Osterholm dkk merekomendasikan negara-negara di dunia membuat rencana berdasarkan sknario ke-2 yang disebut terburuk. Dan bukannya mengendurkan cepat-cepat pembatasan-pembatasan aktivitas sosial yang sudah dilakukan untuk mengendalikan penyebaran virus.
“Saya kira ini sebuah eksperimen yang akan mengorbankan banyak nyawa terutama di wilayah yang melakukan pelonggaran itu tanpa hati-hati dan sembrono,” kata Lipsitch.
Sebuah vaksin yang sudah teruji bisa membantu penanganan pandemi, namun laporan itu menyatakan tidak bisa cepat. “Dan kita tidak tahu tantangan apa lagi yang mungkin muncul selama pengembangan vaksin itu yang bisa menambah molor akhir pandemi.”