JAKARTA-Anda pasti pernah dengar cerita konspirasi tentang tentara Amerika yang menyebarkan virus corona pertama kali di Tiongkok, ketika mereka mengikuti pesta olahraga militer di kota Wuhan.
Kisah ini dipercaya oleh banyak rakyat Tiongkok, terutama para warganet. Di YouTube, Twitter, dan terutama platform media sosial di Tiongkok, cerita ini menyebar lebih cepat dari penularan virus corona itu sendiri.
Korban utama dari cerita bohong atau misinformasi atau disinformasi ini adalah seorang wanita bernama Maatje Benassi, ibu dua anak yang pernah ditempatkan di pasukan cadangan Angkatan Darat Amerika Serikat.
Baca Juga:Atasi Pagebluk Corona, Perppu 1/2020 Dicurigai sebagai Agenda Politik Anggaran Mudahkan Utang dari Luar NegeriPemerintah Lelang Surat Utang Negara, Pemerintah Serap Rp16,6 triliun
Teori konspirasi ini muncul di YouTube hampir setiap hari dan ikut disebarkan oleh media-media Partai Komunis Tiongkok.
Benassi dan suaminya menjadi sasaran pergunjingan yang tiada henti dan berdampak pada kehidupan pribadi mereka. Pasangan itu mengatakan alamat rumah mereka dicantumkan di internet, dan sebelum mereka menutup akun medsos, kotak pesan dipenuhi kiriman dari mereka yang percaya konspirasi tersebut.
“Rasanya seperti terbangun dari mimpi buruk lalu mendapatkan mimpi yang lebih mengerikan, begitu setiap hari,” kata Benassi dalam wawancara dengan televisi berita Amerika, CNN, belum lama ini. Wawancara itu adalah kemunculannya yang pertama di depan publik sejak dia menjadi korban hujatan di internet.
Info-demicDari begitu banyak misinformasi dan hoax terkait pandemik virus corona, teori konspirasi yang mengorbankan Benassi adalah salah satu yang terbesar, bahkan mungkin dalam sejarah dunia maya. Teori ini mendapat banyak pengikut di Tiongkok, negara berpenduduk 1 miliar lebih.
Kisah ini juga bisa menjadi pengingat bagi semua orang, betapa karangan bebas di dunia maya yang begitu muskil dan tanpa bukti bisa membawa konsekuensi berat dan panjang di dunia nyata bagi korbannya.
Benassi dan suaminya Matt masih aktif dalam tugas-tugas negara. Maajte menjadi karyawan sipil di markas AD Fort Belvoir di Virginia sebagai petugas keamanan. Matt, pensiunan Angkatan Udara, juga dikaryakan dalam tugas sipil oleh AU di Pentagon.
“Saya ingin semua orang berhenti merendahkan saya, karena ini termasuk cyberbullying [perundungan di dunia maya] dan sudah tidak terkendali lagi,” kata Maajte sambil menahan air mata.