MENYUSURI jejak kejayaan Islam di tanah Melayu, kita memulainya dari Masjid Al Osmani di Jalan K L Yos Sudarso, Kelurahan Pekanlabuhan, Kecamatan Medanlabuhan, Kota Medan, Sumatera Utara.
Masjid cantik yang terkenal dengan nama Masjid Labuhan ini berada di tepi jalan yang padat kendaraan, sekitar 21 kilometer jaraknya dari pusat Kota Medan.
Para pengguna jalan yang melintas pasti akan menoleh sebab warna kuningnya begitu mencolok, khas Melayu.
Baca Juga:Bill Gates Ungkap Kebijakan Nasionalisme Membuat Dunia Semakin Sulit Hadapi Pandemi CoronaYoga Move On
Perpaduan dengan warna hijau yang ada menggambarkan keislaman. Tidak hanya suku Melayu saja yang menjadi corak masjid itu, budaya lain pun nampak jelas.
https://www.instagram.com/p/BsDU8nigSP0/?utm_source=ig_web_copy_link
Usia yang sudah menginjak 164 tahun tak memudarkan keelokan masjid di kawasan Medan Utara ini. Masjid Al Osmani adalah rumah ibadah Islam tertua di Kota Medan, buah tangan arsitek Jerman GD Langereis.
Saat itu, Sultan Deli Mahmud Perkasa Alam yang tak lain putra kandung Sultan Osman Perkasa Alam meminta Langereis merenovasi masjid yang masih berbentuk bangunan sederhana dari kayu dalam tempo tiga bulan.
Permintaan sultan terpenuhi dengan lahirnya bangunan megah yang kuat unsur arsitektur India, Tiongkok, Timur Tengah, Eropa dan Melayu.
Di masa Sultan Mahmud, mulai 1870 sampai 1872 masjid mengalami banyak perombakan. Mulai ukuran dan luas, desain bangunan, sampai bahan bangunan. Meski berkali-kali mengalami pemugaran, arsitektur asli tetap dipertahankan.
Pada pintu masjid digunakan ornamen Tiongkok, ukiran di setiap bangunan bernuansa India, arsitekturnya ala Eropa, ornamen-ornamennya bernafaskan Timur Tengah. Kubah tembaga bersegi delapan berumur seabad lebih mengikuti gaya India, beratnya mencapai 2,5 ton.
Baca Juga:Pasal Kontroversial, MK Gelar Sidang Perdana Uji Materi Perppu CoronaPSBB DKI Jakarta Diperpanjang 22 Mei
Kapasitas Masjid Al Osmani dapat menampung hingga 1.000 jemaah. Masjid itu juga sudah ditetapkan sebagi masjid tertua dan menjadi cagar budaya Medan pada 2016 lalu.
Sebagai saksi bisu sejarah, di halaman depan dan samping masjid berdiam pusara keluarga kesultanan. Lima Raja Deli yaitu Tuanku Panglima Pasutan (Raja Deli IV), Tuanku Panglima Gandar Wahid (Raja Deli V), Sulthan Amaluddin Perkasa Alam (Raja Deli VI), Sultan Osman Perkasa Alam, dan Sultan Mahmud Perkasa Alam, pun dikuburkan di sini. Termasuk makam permaisuri dari kesultanan Malaysia. (*)