The Telegraph menyoroti bagaimana negara ini bisa keluar dari tekanan virus corona, padahal secara geografis hanya berjarak 870 mil dengan Tiongkok, serta berpenduduk 95 juta.
“Ia telah berhasil mengendalikan virusnya meskipun kurang mampu dibandingkan dengan pemain-pemain kuat Asia lainnya seperti Korea Selatan dan Taiwan, dan berbatasan 870 mil dengan Tiongkok,” tulis Telegraph pada Jumat (24/04).
Respons cepat yang dilakukan Vietnam dalam menangani virus ini juga menjadi perhatian. Strategi Vietnam berfokus pada target, pelacakan kontak yang ketat dan pengujian pada kelompok kecil Covid-19 sebelum menyebar.
Baca Juga:Virus Corona vs Sinar Matahari: Diteliti Amerika Serikat, Dipercaya Jokowi, Dibantah WHOKepala BKPM Buka-bukaan Perihal Mafia Alat Kesehatan di Indonesia
Sejak awal, Perdana Menteri Nguyen Xuan Phuc melakukan pidato saat pertemuan Partai Komunis yang berkuasa di Vietnam, bahwa melawan virus corona (yang saat itu masih epidemi) adalah perang melawan musuh. Nggak main-main, Vietnam menganggap virus corona sebagai musuh yang bisa merusak tatanan negara. Nyatanya ini bukan hanya sekadar analogi, dan sikap seperti ini benar-benar berpengaruh pada kebijakan yang mereka ambil setelahnya.
Soal perang, Nguyen sangat serius. Mereka banyak memberikan iklan dan pesan-pesan bernada heroik yang akan mengingatkan masyarakat pada perang Vietnam 1975. Langkah ini sudah dilakukan sejak Januari lalu dan secara tidak langsung menanamkan mindset pada masyarakat bahwa mereka berada dalam kondisi yang kritis.
Selain menciptakan ‘suasana perang’ Vietnam tegas menutup semua penerbangan ke China. Pemeritah Vietnam melakukan penelusuran kontak layaknya Kementrian Kesehatan di Indonesia yang menyelidiki cluster-cluster dari pasien positif. Bedanya, Vietnam melakukannya sembari mengarantina penduduk agar pandemi tidak menyebar. Sebagai contoh, saat terkonfirmasi 10 pasien positif COVID-19, pemerintah memutuskan karantina terhadap lebih dari 10.000 penduduk.
Pada bulan Februari, dilakukan karantina pada lebih dari 10.000 warga di Komune Son Loi di provinsi utara Vinh Phuc setelah terinfeksi dalam jumlah kecil.
Juga diberlakukan karantina 14 hari bagi siapa pun yang tiba di Vietnam dari negara-negara berisiko tinggi. Semua sekolah dan universitas juga sudah diliburkan sejak awal Februari.
Pada Maret ketika ditemukannya cluster besar akibat penerbangan dari Inggris, Pemerintah Vietnam langsung melacak dan mengisolasi semua penumpang.
Menangguhkan masuknya bebas visa untuk Inggris dan beberapa negara Eropa. Berlanjut dengan penutupan penerbangan dari beberapa negara dan pengumuman lockdown untuk beberapa provinsi.