Penjelasan:
Beredar pesan berantai melalui Whatsapp yang menyebutkan bahwa virus Corona dapat terbunuh dalam suhu 26-27 derajat. Selain itu, pada narasi disebutkan bahwa virus tersebut akan hilang sepenuhnya saat terkena sinar matahari.
Melalui hasil penelusuran, diketahui bahwa klaim tersebut belum teruji secara ilmiah. Wakil Kepala Bidang Penelitian Fundamental Lembaga Biologi Molekular Eijkman, Herawati Sudoyo, pada 1 Maret 2020 mengatakan bahwa belum ada penelitian ihwal kaitan hidup matinya virus Corona dengan suhu udara.
“Sampai sekarang belum ada penelitian mengenai peran dari suhu terhadap mati atau hidupnya Coronavirus,” kata Herawati.
Baca Juga:Suntik Disinfektan ke Tubuh Manusia, dokter Kashif Mahmood: Jangan Ikuti Gagasan Medis dari TrumpWHO vs Amerika Serikat: Sinar Matahari Mengakhiri Wabah Pandemi Corona?
Herawati menjelaskan bahwa virus Corona memang akan mati jika dipanasi dengan suhu 56 derajat Celcius selama 30 menit. Namun, dia mengingatkan, suhu di Indonesia tak mencapai 56 derajat.
Merujuk laporan cuaca dari Google Weather, suhu di Jakarta hari ini 29 derajat Celcius. Kategori panas ekstrem pernah terjadi pada Oktober 2019 yakni 37-39 derajat Celcius.
“Jadi itu sangat spekulatif kalau dibilang temperatur akan mengurangi (potensi terjangkit Corona),” ujar Herawati.
Selain itu, pada 8 Februari 2020, China Daily membantah isu bahwa sinar matahari bisa membunuh virus Corona Covid-19. Suhu iradiasi matahari tidak bisa mencapai 56 derajat Celcius. Sinar ultraviolet pun tidak dapat menyamai intensitas dari lampu ultraviolet. Karena itu, virus tersebut tidak dapat dibunuh oleh sinar matahari.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka klaim virus Corona akan mati pada suhu 26-27 derajat Celcius dan saat terkena sinar matahari belum ada hasil penelitian ilmiahnya. Dengan demikian, konten pesan berantai itu masuk ke dalam kategori Misleading Content atau Konten yang Menyesatkan.