JAKARTA-Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan cuaca terik dan gerah yang terasa belakangan ini terjadi akibat beberapa faktor seperti suhu udara yang tinggi, kelembaban udara yang rendah.
Suhu dan kelembaban tinggi ini terutama terjadi pada kondisi langit cerah dan kurangnya awan. Sebab, pancaran sinar matahari langsung lebih banyak diteruskan ke permukaan Bumi.
“Namun fenomena suhu udara tinggi yang terjadi saat ini tampaknya lebih dikontrol oleh pengaruh posisi gerak semu matahari dan mulai bertiupnya angin monsun kering dari benua Australia,” tulis Deputi Bidang Klimatologi, Herizal dikutip dari keterangan rilisnya, Kamis (23/4).
Baca Juga:Khawatir Wabah Corona, Napi Ngamuk dan Bakar Bagian Lapas SorongWHO Sebut Krisis Corona akan Bertahan Lama
Perubahan musim ini berdampak pada kurangnya tutupan awan di atas wilayah Indonesia, sehingga sinar matahari langsung mencapai permukaan bumi tanpa adanya penghalang awan.
Lebih lanjut, data BMKG pada hari ini pun menunjukkan potensi hujan yang makin lemah di Indonesia. Sebagian besar wilayah Indonesia diperkirakan hanya mengalami hujan ringan. Sementara titik hujan lebat hanya tampak di beberapa titik di Sumatera, Papua, dan sebagian kecil Sulawesi.
Berikut beberapa hal yang memengaruhi kondisi panas dan gerah tersebut.
1. Peralihan ke musim kemarau
Berkurangnya tutupan awan terutama di wilayah Indonesia bagian selatan pada bulan-bulan ini disebabkan wilayah ini tengah berada pada masa transisi dari musim hujan menuju musim kemarau.
Transisi musim itu ditandai oleh mulai berhembusnya angin timuran dari Benua Australia (monsun Australia) terutama di wilayah bagian selatan Indonesia.
Menurut Herizal, angin monsun Australia ini memiliki sifat kering atau kurang membawa uap air sehingga menghambat pertumbuhan awan.
Kombinasi antara kurangnya tutupan awan dan suhu udara yang tinggi, lalu cenderung berkurang kelembapan inilah yang menyebabkan suasana terik yang dirasakan masyarakat.
2. Momen suhu menghangat di Indonesia
Akibat peralihan musim ini, suhu di sejumlah daerah di Indonesia pun bakal menghangat. BMKG pun sebelumnya sudah memprediksikan jika pada periode Maret-April 2020 suhu bakal terus menghangat di sebagian besar wilayah di Indonesia.
Baca Juga:PBB Ingatkan Akibat Pandemi Corona, 250 Juta Manusia Terancam KelaparanKabar Gembira: UMKM Bebas Pajak Setengah Tahun
Bulan ini, BMKG mengindentifikasi banyak daerah yang mengalami suhu maksimum 34 derajat sampai 36 derajat Celsius bahkan mencapai 37 derajat Celsius tanggal 10 April 2020 di Karangkates, Malang, Jawa Timur.