DENGAN tegas, saya menyatakan diri sebagai musuh dari siapapun yang akan membikin kita menjadi bangsa Eropa atau setengah Eropa dan akan menginjak-injak tradisi serta adat kebiasaan kita yang luhur lagi suci. Selama matahari dan rembulan bersinar, mereka akan saya tantang!”
Ucapan lantang yang seperti mengajak ribut kaum kolonial ini keluar dari mulut Raden Mas Panji Sosrokartono. Ia lelaki Jawa tulen, seorang ningrat sejati, putra Bupati Jepara Raden Mas Ario Sosrodiningrat.
Tapi, jangan salah. Sosrokartono bukan jagoan kampung macam katak dalam tempurung. Selama nyaris tiga dasawarsa, ia telah berkelana di Eropa.
Baca Juga:43 Santri Ponpes Temboro asal Malaysia Kena Corona, Ini Reaksi Bupati MagetanMisteri Letusan Gunung Salaka
Sosrokartono adalah lulusan Universitas Leiden. Kakak kandung R.A. Kartini ini pernah bertugas sebagai wartawan untuk meliput Perang Dunia I. Ia juga sempat menjadi kepala juru bahasa di Liga Bangsa-Bangsa serta atase kebudayaan untuk Kedubes Perancis di Den Haag.
Pemikiran Sosrokartono sangat maju, bervisi jauh ke depan. Ia menguasai lebih dari 35 bahasa. Saking cerdasnya, orang-orang Eropa menjulukinya Si Jenius dari Timur.
Namun, saat pulang ke tanah air, segala kelebihan Sosrokartono yang diakui dunia seolah tak terpakai. Pemerintah kolonial Hindia Belanda amat mencurigainya, cap komunis pun dituduhkan terhadap sang pangeran.
Sosrokartono terlunta-lunta di tanah airnya sendiri. Utangnya menumpuk lantaran susah mendapat pekerjaan. Hingga kemudian ia terserang lumpuh dan akhirnya mengembuskan napas penghabisan.
Lahir di Jepara tanggal 10 April 1877, Raden Mas Panji Sosrokartono pergi ke Eropa sejak berusia 21. Pada 1898, ia sudah merantau ke Belanda untuk meneruskan studinya setelah lulus dari sekolah menengah atas di Semarang.
Dikutip dari R.M.P. Sosrokartono: Sebuah Biografi (1987) karya Solichin Salam, seorang insinyur berkebangsaan Belanda bernama Ir. Heyning menyarankan kepada Sosrokartono agar melanjutkan pendidikan ke Polytechnische School te Delft.
Jika kelak lulus sebagai insinyur dari sekolah tinggi teknik di Belanda itu, Sosrokartono diharapkan bisa mengatasi ancaman krisis air yang diprediksi bakal melanda Jepara, juga meningkatkan tata kelola penggunaan air untuk pertanian di kawasan itu.
Baca Juga:Belanda Lockdown, Warga Malah Sibuk Antre GanjaAcungkan 2 Jari, Yasonna Laoly Bersumpah Tak Mengenal Harun Masiku
Atas dukungan ayahnya, Sosrokartono mematuhi anjuran tersebut meskipun hati kecilnya berkata lain. Benar saja, ia merasa tidak cocok menjadi siswa di sekolah teknik. Maka, Sosrokartono kemudian memutuskan pindah haluan, ia memilih Jurusan Bahasa dan Kesusastraan Timur di Universitas Leiden.