Saat ini, katanya, masyarakat yang bekerja di sektor informal saat ini mencapai 71 juta jiwa.
Jika menggunakan asumsi yang paling optimis, 20 persen pekerja informal berhenti bekerja, maka setidaknya ada 14 juta pengangguran baru.
“Jika formal dan informal ini digabungkan maka bisa jadi di Juli nanti total pengangguran baru mencapai paling tidak 21 juta jiwa,” ucapnya.
Baca Juga:Peneliti Indef: MoU Ruangguru Harus DiselidikiCuitan Rachland Nashidik: Ruangguru Jadi Mitra Pelatihan Online Bukti Akal-akalan
Ancaman lain, Adian mengingatkan bahwa ada kecenderungan pada setiap peristiwa wabah penyakit, selalu diikuti dengan kelaparan yang merebak di mana mana.
“Logikanya sederhana saja, wabah penyakit membuat banyak orang harus dikarantina,” kata Adian.
Akibatnya sawah, ladang, kebun, peternakan, beragam industri makanan tutup atau setidaknya mengurangi produksi.
Di sisi lain, naiknya nilai tukar dollar dan PHK dalam jumlah besar baik sektor formal dan informal, juga membuat daya beli rakyat akan kebutuhan pokok menjadi sangat lemah.
“Kalau pun pemerintah sanggup menjaga stok beras dan kebutuhan pokok lain dengan impor dan beragam cara lain, namun dengan ketiadaan pekerjaan dan pendapatan, belum tentu masyarakat mampu membeli beras. Ujungnya tetap saja rakyat kelaparan,” pungkas Adian.(jpnn/pojoksatu)